EMPAT MUSIM TANPA DIRINYA

mahes.varaa
Chapter #1

HUJAN YANG TAK AKAN PERNAH JATUH LAGI

Januari 2025.  

Huft! 

Nico menghela napas panjangnya bersamaan dengan es mencair di gelasnya. Nico melirik ke arah samping kanannya di mana ada tiga pria yang sama-sama mengenakan setelan jas hitam, duduk di bar yang sama dan baru saja dari tempat yang sama. Bahkan ekspresi yang dibuat oleh tiga pria itu sekarang sama persis. 

Huft!

Nico menghela napas lagi melihat bayangan wajahnya yang sama dengan ekspresi wajah dirinya saat ini. 

Bukankah ini terlalu cepat? Padahal dia masih cukup muda. 

Nico melihat embun di gelas minumannya dan mengingat alasannya duduk di sini bersama dengan tiga pria di sampingnya. 


Satu setengah jam yang lalu.

Nico datang dengan sedikit terburu-buru. Nico berlari dari arah tempatnya memarkir mobil sambil membenarkan kerah bajunya yang belum terlipat dengan benar. 

Ini enggak mungkin! 

Berulang kali Nico  mengulangi kalimat itu di dalam benaknya sembari berharap bahwa tujuan kedatangannya ke tempat ini adalah salah. Tapi harapan itu langsung sirna begitu saja ketika Nico berjalan masuk ke dalam rumah dan menemukan bahwa apa yang diharapkannya tidak akan pernah terwujud. 

Varsha telah pergi. 

Dia benar-benar pergi.

Buket-buket bunga tanda untuk ucapan berduka cita telah memenuhi rumah tujuan di mana Nico datang. Orang-orang yang mengenakan pakaian berwarna hitam, silih berganti datang dan pergi. 

“Sa-saya turut berduka cita.” Dengan sedikit terbata, Nico menghampiri keluarga Varsha dan mengucapkan belasungkawanya atas kematian Harsha. 

“Te-terima kasih.” Keluarga yang menerima ucapan belasungkawa dari Nico itu adalah sepupu Harsha-Rury. “Anda ini siapa ya?” 

Nico tahu siapa Rury. Sebagai penggemar Varsha yang merupakan seorang penulis, Nico pernah membaca salah satu karyanya yang terinspirasi dari kisah kehidupan sepupunya-Rury. Kisah itu cukup menyakitkan. Bagaimana tidak? Kenyataan yang disembunyikan oleh suami Rury adalah kenyataan pahit yang menyakitkan yang terungkap di momen yang menyakitkan juga. Tapi di saat yang sama Rury tidak bisa marah atau menyalahkan suaminya karena di dalam kenyataan pahit itu ada hal yang harus Rury syukuri. Tapi kisah Rury masih jauh lebih baik. Dibandingkan dengan wanita lain dalam cerita itu-Livia, kisah Rury masih jauh lebih baik meski tetap sama-sama menyakitkan. 

Nico ingat pernah melihat wawancara Varsha mengenai inspirasi menulisnya yang didasarkan pada kisah dari sepupunya. Usut punya usut ternyata editor yang bekerja sama dengan Varsha pernah bertemu Rury yang memiliki nama yang sama dengan kisah yang ditulis Varsha. Hanya dengan nama yang sama, sudah terlihat jelas kisah itu sebenarnya adalah kisah miliknya. 

Lihat selengkapnya