“Apa ini??” Nico diam membeku ketika membaca bab pertama dari proyek yang Varsha tinggalkan untuknya. Bab pertama dengan judul musim semi pertama itu mengingatkan Nico dengan pertemuannya dengan tiga pria di hari pemakaman Varsha.
Ryo.
Nama tokoh ini, sama dengan nama pria di bar waktu itu, Pria yang aku temui di hari pemakaman Varsha.
Apa ini cuma kebetulan saja?
Tapi dibilang kebetulan, ceritanya mirip dengan cerita yang Ryo sampaikan hari itu.
Nico menatap laptopnya yang sedang membuka proyek terakhir milik Varsha dengan tatapan bingung, heran, dan di saat yang sama sedang menduga-duga.
Apa proyek terakhir ini bercerita tentang masa hidup Varsha?
Tapi, kenapa?
Kenapa Varsha menuliskan hidupnya sebagai proyek terakhirnya?
Satu demi satu pertanyaan muncul dalam benak Nico ketika telah membaca setengah dari bab musim semi pertama.
Tapi hanya dengan membaca setengah bagian dari bab pertama dengan judul musim semi pertama, tak membuat Nico menemukan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaannya. Yang ada justru pertanyaan lain muncul dalam benak Nico. Pertanyaan itu muncul setelah sekilas ingatan Nico memutar kejadian beberapa waktu lalu.
“Kalo boleh tahu, kenapa Varsha membatalkan pertunangannya?”
“Soal itu, aku juga enggak tahu. Varsha sama sekali enggak pernah bilang alasannya tiba-tiba membatalkan pertunangannya dengan Adam. Yang aku tahu Varsha cuma bilang kalo dia enggak mau menyesal lagi. Itu saja.”
“Menyesal lagi?”
“Aku juga enggak tahu apa yang dimaksud dengan Varsha dengan menyesal lagi.”
Tuk, tuk!
Nico mengetukkan tangannya di atas mousenya. Matanya menatap layar laptopnya dan menerawang sembari mengingat pertanyaan lama tentang Varsha yang belum didapatkan jawabannya.
Kenapa Varsha mendadak membatalkan pertunangannya dengan Adam?
Tuk, tuk!
Nico terus mengetukkan jarinya dan kali ini wajah Varsha muncul di dalam benaknya.
Mungkin dengan membaca semua yang tertulis di dalam proyek ini, aku akan bisa mendapatkan jawaban untuk rasa penasaranku.
Dengan keyakinan itu, Nico melanjutkan membaca proyek terakhir milik Varsha.
*
Masa-masa itu seperti musim semi untukku.