“Aku akan duduk di sini!”
Leon mendadak duduk di kursi tepat di samping Varsha dan membuat murid perempuan lainnya terkejut karena tindakannya.
“Heh?? Leon, kenapa duduk di sana?” tanya salah satu murid perempuan yang terkejut dengan tindakan Leon.
“Enggak papa, ingin saja.” Leon menjawab sembari meletakkan tasnya di kursi kosong di samping Varsha. Leon melihat ke arah Varsha dan tersenyum sebelum bertanya. “Kursi ini kosong kan? Aku boleh duduk di sini kan?”
Varsha memiringkan kepalanya melihat ke arah Leon. Ada banyak pertanyaan yang muncul dalam benaknya sekarang ini ketika melihat Leon-kapten tim basket dari masa SMP hingga SMA, memilih duduk bersamanya di kelas.
Kenapa dia duduk di sini? Padahal ada banyak kursi kosong lain yang bisa dia duduki!
Dari banyak kursi kosong, kenapa malah duduk di sampingku dan buat semua mata yang melihatku seperti hendak membunuhku sekarang juga!
“Ehm, ehm???” Karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari Varsha, Leon berdehem sebelum mengulangi pertanyaannya lagi. “A-aku boleh duduk di sini kan, Varsha?”
“Eh??” Varsha dibuat terkejut lagi karena Leon tahu namanya padahal meski beberapa tahun ini Varsha dan Leon satu sekolah, keduanya tak pernah berada di kelas yang sama.
“Boleh?” ulang Leon.
“Bo-boleh.”
Varsha tak punya pilihan lain karena meski Leon memasang senyum di bibirnya, mata Leon menatap dirinya dengan tatapan mengancam seolah mengatakan bahwa dirinya harus duduk di kursi itu.
“Bagus. Makasih.” Leon duduk di kursi samping Varsha, meletakkan tas di atas meja dan mengeluarkan alat tulis dan buku. “Aku Leon.”
Mendadak Leon mengenalkan dirinya pada Varsha dan membuat Varsha terkejut lagi.
Kamu mengenalkan dirimu sekarang?
Apa gunanya?
Kamu anak terkenal!
Semua anak di sekolah ini tahu namamu, Leon!
Apa kamu enggak sadar?
Setelah mengomel dalam benaknya, Varsha menganggukkan kepalanya menjawab perkenalan Leon. “Aku tahu.”