EMPAT MUSIM TANPA DIRINYA

mahes.varaa
Chapter #19

DAUN DI MUSIM GUGUR YANG HARUS GUGUR PART 2

Keinginan membuat keluarga seperti yang aku inginkan, itu adalah keinginan sederhana. 

Dibandingkan dengan keinginan orang lain yang ingin ini dan itu, keinginanku bukanlah keinginan yang besar dan rumit. 

Keinginan itu harusnya mudah untuk dikabulkan dan diwujudkan. 

Tapi nyatanya keinginan sederhana itu, adalah keinginan yang paling sulit aku wujudkan seolah apa yang aku inginkan adalah menginginkan seluruh dunia. 


Setelah berpacaran selama setengah tahun lamanya, Adam bertunangan dengan Varsha dan berniat untuk menikahi Varsha. Tapi sebelum melakukan itu, Adam meminta waktu pada Varsha karena harus menabung untuk membeli rumah untuk dirinya dan Varsha tinggal di masa depan. 

Hubungan Varsha dengan Adam berjalan dengan indah. Tapi di dunia ini tidak ada rencana yang berjalan dengan mulus bukan? 

Begitu juga dengan hubungan Varsha dan Adam. Ibu Adam menilai Varsha tidak pantas untuk menjadi istri Adam. Pekerjaan Varsha hanya pegawai toko buku, tidak pantas menikah dengan Adam yang bekerja di perusahaan besar dan kini sudah menjabat sebagai manajer. Ibu Adam bahkan tidak pernah berhenti membandingkan Varsha dan calon-calon pilihannya yang punya profesi yang lebih bergengsi dibandingkan dengan Varsha. 

Tindakan buruk Ibu Adam tidak berhenti di situ saja. 

Ibu Adam terus merendahkan Varsha dengan menggunakan latar belakang keluarga Varsha yang kini hanya tersisa ayahnya saja.

Benar, Ayah Varsha tidak menikah lagi dan memilih menjadi duda setelah kematian Ibu Varsha. Tindakan itu memang terlihat seolah Ayah Varsha sangat-sangat mencintai istrinya yang pergi dengan cara yang nahas. Tapi bagi Varsha, cara itu seperti hukuman untuknya untuk mengingatkan Varsha untuk kesalahan yang dibuatnya di masa lalu yang jadi penyebab kehancuran keluarganya. 

“Kamu yakin Ibunya Adam akan menerima kamu setelah tahu bahwa kamulah penyebab keluarga ini hancur?” Ayah Varsha berbicara pada Varsha setelah pertunangannya dengan Adam. “Kamu bisa menyembunyikannya sekarang? Tapi berapa lama? Rahasia tidak akan bisa kamu simpan selamanya, Varsha.” 

“Ayah!!” Varsha menaikkan nada bicaranya pada ayahnya karena merasa kesal. “Apa hukuman yang kalian berikan belum cukup? Ibu sudah menghukumku untuk keteledoranku dan buat adikku hilang. Dan sekarang Ayah sudah menghukumku karena ucapanku yang buat Ibu bunuh diri. Apa bertahun-tahun ini hukuman yang kalian berikan ke aku masih belum cukup? Sampai kapan aku harus dihukum, Ayah?” 

“Ayah enggak pernah menghukummu, Varsha! Kamu saja yang berpikir seperti itu!” Ayah Varsha menjawab. 

“Jadi selama bertahun-tahun ini tatapan yang Ayah berikan padaku, tatapan menyalahkanku itu, hanya pikiranku semata?” 

“Ya.” 

“Enggak! Itu enggak mungkin!” Varsha langsung menolak jawaban Ayahnya. “Sama seperti Ibu, Ayah pasti menyalahkanku! Kalo Ayah enggak menyalahkanku, Ayah harusnya sudah menikah lagi!” 

“Terserah apa yang kamu pikirkan, Varsha! Sekarang kamu sudah dewasa! Kamu sudah tahu mana yang benar dan mana yang salah! Apa yang Ayah katakan, hanya nasihat untukmu, Varsha!” 

Semenjak kepergian Ibu, Ayah tak banyak bicara. 

Ayah hanya bicara jika diperlukan saja. 

“Kamu mau kuliah di mana setelah ini? Ada rencana?”

“Ayah akan transfer uang kuliahmu, Varsha.” 

Lihat selengkapnya