EMPAT MUSIM TANPA DIRINYA

mahes.varaa
Chapter #38

MUSIM DINGIN KEDUA PART 4

Di musim ini-musim terakhir di mana tragedi itu akan terjadi … aku memutuskan untuk memilih bersama dengan Awan. Awalnya … apa yang aku lakukan hanyalah sebatas rasa terima kasihku. Tapi ketika aku bersamanya, aku menyadari sesuatu. Awan adalah sesuatu yang selama ini aku cari dan tak pernah aku dapatkan di empat musim di putaran waktu sebelumnya. 

 Semenjak kami mengenal satu sama lain, setiap pagi saat Awan berolahraga, dia akan meletakkan sarapan untukku di depan rumahku sembari mengirim pesan padaku untuk tidak melewatkan makan pagi. Aku juga sering bertemu Awan di jalanan kota. Entah itu dia sedang membantu anak-anak atau nenek-nenek menyeberang, entah itu dia sedang mengemudi dengan mobil patrolinya atau entah dia sedang sibuk di jalanan yang macet karena rambu lalu lintas yang padam. 

Semenjak kami mengenal satu sama lain, aku sadar Awan tidak banyak bicara ketika bersamaku. Tapi meski begitu … matanya tak pernah melepaskan perhatiannya padaku. 

Yang Awan lakukan hanya hal-hal sederhana. 

Bukan bertanya,  “Apa aku sudah makan?”, tapi muncul di depanku sembari membawa makanan dan berkata, “Ini makanlah!” 

Bukan bertanya “Apakah aku bosan atau suntuk?”, tapi muncul di depanku sembari berkata, “Ayo jalan-jalan!” 

Aku tahu membandingkan orang satu dengan orang lain adalah sesuatu yang salah. Tapi setelah menjalani dua putaran waktu, aku tanpa sadar membandingkan.  Dulu kupikir sumber kebahagiaanku setelah kehangatan keluargaku hilang adalah empat pria yang ada dalam empat musim dalam hidupku. Tapi sekarang … empat musim itu tak ada artinya jika dibandingkan dengan waktu-waktuku bersama dengan Awan. 

Dia kadang hangat, kadang juga dingin. 

Kadang membuatku merasa hidup sangat menyenangkan, tapi kadang juga membuatku merasa hidup tenang, 

Hari-hariku bersama dengan Awan, kuharap hari itu tak akan pernah berakhir. 

*

“Apa kamu bahagia bersamanya, Varsha?” 

Nico menghentikan sejenak tugasnya karena merasa apa yang baru saja dibacanya membuat matanya meneteskan air mata. Dari semua bab yang sudah Nico baca, baru pada bab inilah dirinya merasa bahwa Varsha di bab ini benar-benar merasakan kebahagiaan. 

Di empat musim di putaran waktu sebelumnya, Varsha memang merasakan kebahagiaan ketika bersama dengan empat pria dari empat musim. Tapi kebahagiaan itu tidak bertahan lama karena tidak lama setelah kebersamaan mereka, tragedi datang dan menghancurkan kebahagiaan Varsha. Pada akhirnya … Varsha akan kehilangan kebahagiaannya dan berakhir pada penyesalan. 

Tapi sekarang … yang Nico baca berbeda. 

Nico merasa Varsha di bab ini benar-benar merasakan kebahagiaan yang tak pernah dirasakannya. Mungkin karena tragedi dalam hidupnya sudah ada yang berlalu. 

“Kalo kamu bahagia bersamanya, aku ikut merasa senang, Varsha. Sebagai penggemarmu, setelah membaca proyek ini dan kalo memang apa yang tertulis di dalam sini adalah benar nyata, maka aku hanya berharap kebahagiaan untukmu, Varsha. Sungguh, Varsha.” 

Perasaan itu benar-benar tulus dari dalam hati Nico. 

Ada sedikit kelegaan dalam hati Nico ketika tiba di bab ini karena merasa Varsha di bab ini berhasil menemukan kebahagiaannya setelah pengorbanan yang dilakukannya untuk mengubah takdir keluarganya. 

Setelah menghapus air matanya, Nico melanjutkan tugasnya kembali. Kali ini dengan harapan bahwa kebahagiaan Varsha akan bertahan lama, meski Nico tahu akhir yang menunggunya tidak akan pernah seperti yang diharapkannya. 


Hari di mana aku bertemu Nico pun tiba. 

Lihat selengkapnya