Mimpi itu terus berdatangan. Selama tiga bulannya, setiap malam tak pernah membiarkan Varsha tidur dengan nyenyak.
Mimpi itu bukan sekedar mimpi!
Tak perlu menunggu sebulan lamanya sejak mimpi itu datang, ia tahu bahwa mimpi itu bukan sekedar mimpi. Mungkin itu adalah pertanda untuk dirinya bahwa tragedi terakhir akan tetap terjadi bahkan setelah Varsha berusaha mengubahnya.
“Bisa kita menjaga jarak dulu untuk sementara?”
Setelah tiga bulan mimpi itu terus datang tanpa henti dan mengganggu tidurnya di setiap malam, Varsha akhirnya membuat sebuah keputusan besar.
“Kenapa?” Awan bertanya dengan wajah cemasnya. “Apa sikapku padamu, mengganggumu?”
Varsha menggelengkan kepalanya sembari menahan perasaannya dan raut wajahnya. Ia jelas tidak ingin mengambil keputusan ini, tapi keputusan ini adalah keputusan yang harus diambilnya. “Bukan, bukan karena itu! Selama ini kamu selalu baik sama aku, Awan!”
“Terus kenapa mendadak kamu-”
“Ada proyek yang harus aku kerjakan. Aku butuh konsentrasi penuh untuk melakukannya. Apa kamu enggak bisa memakluminya?”
“Oh. Kupikir karena apa. Kita bisa lakukan itu, Varsha. Kamu sekarang sudah jadi penulis terkenal, aku paham itu.”
“Ma-makasih, Awan. Maaf karena aku minta hal seperti ini.” Varsha meminta maaf sembari berusaha menahan rasa sedihnya karena keputusan ini mungkin adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan Awan, Nico dan satu orang lagi yang berharga untuk dirinya.
“Enggak papa. Aku paham kok. Tapi jangan lupa sesekali balas pesanku ya? Paling enggak buat mastiin kalo kamu baik-baik saja, Varsha. Kamu kan tinggal sendirian. Bisa?” Awan meminta.
“Yah meski enggak tiap hari, aku usahakan balas pesanmu, Awan.”
Sebulan setelah mengalami mimpi buruk itu, Varsha mulai menjaga jarak dengan Awan. Kenapa? Karena Varsha tahu jika dirinya tetap dekat dengannya dan kecelakaan itu berulang, Awan tidak akan ragu mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan dirinya sama seperti yang Nico lakukan di putaran waktu sebelumnya.
Setelah sempat terlena dengan hubungannya dengan Awan, Varsha kembali mengeluarkan catatan yang pernah dibuatnya. Ia membaca kembali catatan itu lagi sembari mengingat apa yang terjadi di putaran waktu sebelumnya dan putaran waktu saat ini. Selagi membaca catatan itu, Varsha kembali mengingat mimpi buruk yang terus mengganggu malamnya.
Dalam mimpi itu, Varsha melihat dengan jelas kecelakaan yang menewaskan Nico dan Awan. Kecelakaan di mana bus yang membaca anak-anak TK itu mengalami rem blong saat harusnya berhenti di lampu merah. Nahasnya bus itu tidak berhenti dan menerobos lampu merah. Lampu merah pertama berhasil dilewati karena pengemudi lain berhasil menghindari laju bus yang semakin tak terkontrol. Tapi saat di lampu merah kedua yang jaraknya hanya 1 km dari lampu merah pertama, laju bus itu semakin kencang karena jalanan yang sedikit menurun. Ditambah lagi … lampu merah kedua itu adalah lampu merah perempatan yang mana waktu tunggunya jauh lebih lama dari lampu merah sebelumnya.
Dan di sinilah masalah dimulai.
Awan yang kebetulan sedang berpatroli, melihat laju tidak biasa dari bus itu setelah membawa seseorang di kursi penumpangnya. Awan mengejar bus itu sembari berusaha memberi tahu pengendara lain bahwa bus itu dalam masalah. Tapi sayangnya Awan terpaksa harus mengambil langkah paling berbahayanya ketika menyadari bahwa di sudut jalanan arah bus itu ada Varsha yang sedang berdiri menunggu kedatangan Nico di lampu merah yang lain yang hendak berubah hijau dalam hitungan detik.
Melihat sosok Varsha yang berada dalam bahaya jika bus itu tetap dibiarkan melaju, Awan mengambil langkah paling berbahaya yang bisa mengorbankan nyawanya. Dan setelah itu … yang terjadi sama seperti yang Varsha ingat dalam. Mobil Awan gagal menghentikan laju bus itu dan terpental setelah ringsek di sisi pengemudi. Nico yang menyadari kecelakaan itu harusnya bisa menghindari kecelakaan itu. Tapi jika dirinya menghindari kecelakaan itu, maka yang mungkin kehilangan nyawa adalah Varsha. Tidak ingin hal buruk menimpa Varsha, Nico mengambil pilihan yang sama dengan Awan: mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan Varsha. Dan kali ini usaha Nico berhasil karena laju bus sudah berkurang berkat usaha Awan.
Sayangnya … Nico kehilangan nyawanya dalam perjalanan menuju rumah sakit karena lukanya yang terlalu parah. Sementara Awan kehilangan nyawanya di lokasi kejadian karena benturan yang keras di mobilnya.