EMPAT MUSIM TANPA DIRINYA

mahes.varaa
Chapter #43

AWAN DAN AWAL DARI SEGALANYA PART 4

“Ya, Paman masih ingat.” Ayah Varsha mengangguk lemah. 

“Mungkin sekarang roda kehidupan Paman sedang berada di bawah. Jadi Paman merasa hidup sedang terasa berat. Tapi Paman jangan lupa, roda itu akan tetap bergerak, mungkin tidak cepat, tapi kelak posisi Paman tak lagi di bawah.” 

“Kamu benar, Awan.” 

Sudah lama Ayah Varsha menceritakan jika keluarganya berubah sejak putranya diculik. Tapi apa yang berubah, Awan tak pernah tahu. Ia hanya menebak dari senyum hangat yang hilang dari keluarga itu. Tapi hari itu, pria penyelamatnya itu sedikit menceritakan masalahnya-mungkin karena menganggap ia sudah dewasa dan sudah bisa diajak bicara. 

“Mungkin aku terlalu lancang, tapi boleh aku bicara, Paman?” Awan bicara setelah Ayah Varsha selesai menceritakan sedikit masalahnya. 

“Kamu sudah Paman anggap sebagai teman. Bicaralah, Awan. Jangan sungkan.” 

“Tragedi itu melukai keluarga Paman, bukan hanya Paman, anak Paman tapi juga istri Paman. Kalo mengingat tragedi itu, istri Paman pasti merasa sangat-sangat bersalah. Mungkin istri Paman butuh waktu yang lebih lama untuk menyembuhkan luka itu. Kalian semua terluka dan istri Paman yang butuh perhatian lebih karena menganggap dirinya sebagai penyebab tragedi itu, membutuhkan orang lain untuk disalahkan sebagai pertahanan diri. Kalo dari yang aku lihat, kalian hanya butuh saling bicara dari hati ke hati, Paman.” 

Itulah yang bisa Awan lakukan untuk membantu penyelamatnya. Setelah bicara satu sama lain selama beberapa waktu, Ayah Varsha pulang lebih dulu karena merasa harus bicara dengan istrinya seperti sarannya. Tapi ketika Awan berjalan pulang memutar sedikit melewati rumah Varsha, Awan menyaksikan pemandangan yang tak pernah diduganya. Rumah Varsha dipenuhi tetangga bersama dengan sirine ambulans yang terus berputar. Sembari menggandeng sang adik, Awan melihat bagaimana kasur dorong keluar dari rumah Varsha bersama dengan tangisan Varsha dan Ayahnya. 

“Ibu, Ibu!!” 

Mendengar teriakan Varsha itu, Awan tahu bahwa tragedi buruk kembali datang pada keluarga itu.


Setahun kemudian. 

“Paman mau pindah?” 

Setahun berlalu semenjak kematian Ibu Varsha. Meski belum terlihat baik sepenuhnya, kini Ayah Varsha sudah terlihat jauh lebih baik. Ayah Varsha menghampiri Awan yang sedang duduk di taman yang sedang menjaga sang adik bermain bersama dengan temannya. 

“Ya, Varsha ingin kuliah di luar kota. Paman sekarang hanya punya Varsha. Jadi … ke manapun dia pergi, Paman akan mengikutinya.” 

“Gimana dengan kerjaan Paman?” Awan bertanya lagi. 

“Sudah Paman urus.” Ayah Varsha menjawab dengan suara datarnya sembari berusaha membuat senyuman terbaik yang bisa dibuatnya. “Kamu gimana? Setelah ini mau kuliah di mana?” 

“Aku belum tahu, Paman. Kuliah butuh banyak biaya. Mungkin aku akan libur setahun dulu, bekerja mengumpulkan uang sambil mencari jurusan mana yang aku inginkan.” 

“Kalo gitu … berikan hpmu, Awan!” 

Lihat selengkapnya