Nico mengetukkan jarinya di meja kerjanya. Matanya menatap kosong ke arah depan di mana laptopnya berada. Saat ini ada banyak pertanyaan lain yang muncul dalam benaknya. Ia mengira dengan menemukan Awan, semua pertanyaan yang belum terjawab dalam proyek yang Varsha tinggalkan untuknya, akan terjawab semua. Tapi lagi-lagi pertanyaan lain terjawab dan di saat yang sama pertanyaan lain muncul.
Adik laki-lak Varsha, Yoga.
Nama Yoga diambil dari nama Ryo.
Kalo saja dia masih hidup, di mana dia sekarang?
Tuk, tuk! Nico berpikir keras mengenai langkah yang harus diambilnya setelah ini. Ia bimbang, apakah harus melaporkan hasilnya pada atasannya atau mencari sosok adik Varsha yang diyakini wanita itu masih hidup di luar sana?
Tok, tok! Kali ini ketukan itu bukan berasal dari jari Nico. Ketukan itu berasal dari kaca tempat ruangnya bekerja. Ia menoleh dan menemukan Yoga-anak baru di perusahaannya bekerja sedang tersenyum melihatnya.
Yoga. Namanya kebetulan sekali sama dengan nama adik Varsha.
Nico membalas senyuman itu sembari buru-buru bangkit dari duduknya dan bergegas keluar dari ruang kerjanya. “Kenapa, Yog?”
“Sudah makan siang, Mas. Mau makan sekarang?”
“Ah masak?” Sedari tadi Nico banyak sekali berpikir. Ia terlalu tenggelam dalam pikirannya sampai-sampai tidak menyadari jika jam makan siang sudah tiba.
“Gimana, Mas? Mau makan bareng?” tanya Yoga lagi.
“Ayo!”
Tidak seperti biasanya, Nico mengajak Yoga untuk makan di luar bukan di kantin perusahaan. Suasana hatinya yang lagi suntuk dan kepalanya yang penuh pertanyaan, butuh udara segar. Satu-satunya yang ia bisa pikirkan untuk menjernihkan pikirannya adalah dengan keluar dari perusahaan dan mendapatkan suasana baru di luar sana.
“Aku yang traktir. Anggap keberhasilanmu bertahan dengan baik di perusahaan.” Nico menjelaskan.
“Ma-makasih banyak, Mas.” Yoga langsung tersenyum bahagia menerima ucapan pria yang harusnya jadi pembimbingnya selama masih jadi pegawai baru.
Makan siang kali ini adalah bakso dan mie ayam. Terakhir kali Nico lihat Yoga makan makanan yang pedas, ia mendadak ingin mencobanya. Setelah sepakat dengan teman makanya, mereka menuju ke warung dekat perusahaan yang menjual dua makanan itu.