Nico akhirnya memilih mengikuti rencana atasannya. Proyek yang Varsha tinggalkan mungkin akan jadi buku yang membuat sosok adik yang telah lama hilang, muncul dengan sendirinya. Ia memutuskan begitu bukan tanpa alasan. Setelah berkonsulltasi dengan Awan, kesimpulan itulah yang dianggapnya sebagai cara tercepat menemukan adik Varsha yang hilang dan kemungkinan masih hidup.
“Menurutmu kenapa aku memilih jadi polisi dan melepas kesempatanku di tahun-tahun kuliah untuk mengejar Varsha?” ujar Awan sebelum berpisah dengan Nico.
“Apa ada alasan khusus?” tanyanya balik.
“Ada 2 alasan. Yang pertama adalah untuk melindungi keluargaku. Setelah apa yang terjadi dengan teror ayah, aku sudah memiliki pikiran untuk jadi polisi. Tapi bukan alasan pertama yang jadi alasan besar aku memilih polisi. Alasan keduaku adalah menemukan adik Varsha yang hilang.”
“Kenapa kamu sampai melakukan banyak hal untuk Varsha dan ayahnya? Varsha bahkan tak pernah mengenalimu selama bertahun-tahun. Tapi kamu selalu ada di sisinya tanpa menuntut balasan darinya.”
“Awalnya hanya ucapan terima kasihku pada ayah Varsha. Usahanya menolong ibuku, aku dan adikku, mungkin tidak besar. Tapi imbasnyalah yang cukup besar. Berkat dia, kami bertiga bisa hidup dengan rasa aman. Menjaga Varsha adalah caraku berterima kasih padanya. Tapi semakin lama aku mengenalnya, aku perlahan jatuh cinta padanya. Rasa bahagianya, rasa sedihnya, entah sejak kapan sudah jadi bagian dari perasaanku sendiri. Satu keinginanku untuknya adalah ia hidup bahagia. Tapi tragedi terus datang dalam hidupnya dan ia terus kehilangan dengan cara yang menyakitkan tepat di saat kebahagiaan akan datang. Jadi … aku memilih bersembunyi di balik bayang-bayang, menjaganya dan saat aku perlu menghilang, ia tak perlu merasa kehilangan.”
Alasan itu benar-benar memukul telak dada Nico. Kalau apa yang tertulis dalam proyek terakhir Varsha adalah benar, apa yang diberikan Awan sebagai jawaban adalah bentuk cinta tertinggi di antara semua pria yang pernah hadir dalam hidup wanita itu. Bahkan ia sendiri masih menginginkan wanita itu membalas perasaannya, berbeda dengan Awan yang tak pernah mengharapkan balasan apapun dan tulus mencintai wanita itu dengan segenap hatinya.
“Gimana dengan adik Varsha? Apa kamu sudah menemukan jejaknya?”
“Karena kasus itu adalah kasus lama, jejaknya cukup sulit untuk ditemukan. Apalagi pelaku penculikan itu telah lama tewas karena kecelakaan. Kasus itu berhenti di sana. Walaupun adik Varsha masih hidup di luar sana, mungkin dia sudah lama diadopsi oleh keluarga lain dan mungkin mengganti namanya.”
Nico menatap laptopnya, hendak menuliskan bab terakhir yang diminta oleh Varsha. Awalnya ia bingung harus menuliskan apa. Ia ragu apakah wanita itu akan setuju dengan ending yang akan diberikannya. Tapi setelah bicara dengan Awan, ia menyadari apapun yang akan dituliskannya, wanita itu akan tetap menerimanya. Bukan karena apa, tapi karena wanita itu telah lama mengenal dirinya dan percaya padanya.
Akan aku berikan ending yang paling kamu inginkan, Varsha. Pengorbananmu, tidak akan hilang dan buku ini akan jadi saksi bisu semua usahamu dalam dua putaran waktu untuk menyelamatkan orang-orang yang kamu sayangi.
Nico mengangkat tangannya dan bersiap mengetik bab terakhir. Matanya menatap layar di depannya dan kalimat terakhir dari bab terakhir yang dibacanya.
Untuk sekali ini saja,
Dunia, izinkan aku menang.
Matahari, berikan cahaya terakhir padaku.
Takdir, jangan renggut dia dariku.
Tuhan, biarkan aku melindunginya kali ini … meski aku harus menghilang sebagai gantinya.
Ia memutuskan untuk menghapus semua catatan Varsha yang ditinggalkannya untuknya. Catatan itu dihapusnya dari proyek terakhir wanita itu, tapi disimpannya di file yang lain. Bukan karena tidak suka, tapi untuk terakhir kalinya, ia ingin ada sesuatu dari wanita itu yang bisa disimpannya.
Biarkan aku memiliki ini sebagai bentuk kenangan terakhir darimu, Varsha.
Setelah melakukan hal itu, Nico mulai memainkan jari-jemarinya dan mengetik bab terakhir sesuai dengan permintaan Varsha.
Seperti doanya sebelum pergi mengorbankan nyawanya, wanita itu akhirnya berhasil menang untuk pertama kalinya.
Dunia akhirnya mengalah untuknya.
Matahari memberikan satu cahaya terang untuknya.
Takdir melepaskan genggamannya.
Semuanya terjadi karena Tuhan mendengar doanya dan melihat pengorbanannya.
Dengan berlinang air mata, Nico mulai menuliskan bab terakhir yang diminta oleh Varsha. Air matanya jatuh bukan karena merasa sedih atas kepergian wanita itu, tapi karena terharu bahwa setelah semua usahanya untuk mengubah banyak hal, ada satu usahanya yang berhasil. Varsha mungkin gagal melindungi keluarganya, tapi di saat terakhir hidupnya, ia berhasil menyelamatkan orang-orang yang sangat berharga untuknya.
Ending ini tak bisa sepenuhnya dikatakan ending yang bahagia. Tapi jika melihat semua usaha Varsha, ending ini bisa dikatakan sebagai ending yang bahagia karena di akhir, wanita itu mendapatkan apa yang diinginkannya.
*
Dua bulan kemudian.
Seperti yang sudah diduganya, karya terakhir Varsha, ‘Empat Musim tanpa Dirinya’ benar-benar berhasil di pasaran. Karya terakhir itu laku keras dan dianggap sebagai karya terakhir penulisnya yang sangat memuaskan. Ada banyak komentar yang bertebaran mengenai karya itu. Sebagian pembaca bertanya-tanya apakah penulisnya benar-benar kembali ke masa lalu karena tokoh utama dalam cerita itu memiliki nama yang sama dengan nama asli penulisnya. Tapi sebagian lagi percaya karya itu hanyalah fantasi penulisnya yang membuat dirinya sendiri jadi tokoh utama dalam ceritanya.
Ya, itulah yang terjadi. Tapi bagi mereka yang pernah mengenal Varsha dan jadi bagian dari kisah hidupnya, mereka akan menyadari bahwa kemungkinan besar wanita itu melakukan perjalanan waktu kembali ke masa lalu adalah sangat besar. Mungkin itulah yang sedang dipikirkan oleh Ryo, Leon, Adam dan Rury-sepupunya ketika membaca buku cetakan karya itu yang sengaja Nico kirimkan.
Drrt! Hp Nico bergetar. Getaran itu cukup mengganggu ketika ia sedang sibuk memeriksa pekerjaan bawahannya. Pada akhirnya ia menyerah karena tak ingin terganggu dan memilih untuk menerima panggilan itu.