Bukannya menjawab pertanyaannya, Yoga justru bangkit dari duduknya. Tanpa menghapus air mata di wajahnya, ia berjalan menuju ke pagar pembatas atap. Di sana ia berdiri menatap ke arah kota sebelum akhirnya melepaskan gelang di tangannya yang memiliki bandul yang sama dengan yang pernah dilihat Nico di foto lama milik Awan. Gelang itu … adalah kalung milik Varsha. Anak itu mengenakannya sebagai gelang dengan membulatkan rantainya beberapa kali di tangannya, bukan sebagai kalung. Itu cara yang dilakukan kebanyakan laki-laki yang tak suka mengenakan kalung di lehernya.
Kenapa aku telat menyadarinya? Alasan kenapa dirinya merasa familiar dengan gelang itu sejak pertama kali bertemu dengan Yoga adalah karena ia pernah sekali melihat kalung itu. Hari itu adalah awal di mana Varsha datang ke perusahaannya. Saat itu, wanita itu hampir terjatuh karena lantai licin tanpa ada tanda. Nico-lah yang membantu menangkap lengan Varsha saat itu. Yah … usahanya itu membuatnya melihat kalung milik idolanya itu yang tak sengaja keluar dari tempat persembunyiannya saat hampir terjatuh.
“Kenapa kamu diam, Yoga?” ulangnya tak sabar.
“Untuk menulis buku itu, apa Mas melakukan penyelidikan tentang hidup kakakku?” Bukannya menjawab, anak itu justru balik bertanya padanya.
“Kamu enggak nyangkal?” Tak ada penyangkalan itu sudah jadi bukti yang kuat bagi dirinya bahwa anak di depannya saat ini dan belakangan ini selalu dekat dengannya adalah adik dari wanita yang dikaguminya. Nico benar-benar tidak menyangka bahwa anak yang dicarinya dan jadi bagian dari pertanyaannya yang belum terjawab soal Varsha, justru ada di dekatnya selama ini.
“Sampai dua hari yang lalu, aku sama sekali enggak tahu bahwa aku adalah adiknya yang hilang. Bahkan saat menerima kalung ini darinya hari itu, aku sama sekali enggak menyadarinya.” Ia menjawab sembari menatap kalung milik Varsha yang sekarang ada di tangannya. Ia menatap kalung itu masih dengan air mata berlinang. “Baru setelah menyelesaikan buku itu, aku menemukan kenyataan tentang hubunganku dengannya.”
“Jelaskan padaku sekarang! Gimana kamu bisa mendapatkan kalung itu?? Kapan kamu bertemu dengan Varsha?” Saat ini Nico butuh penjelasan. Pertanyaan-pertanyaan di dalam benaknya sekarang sedang menuntut jawaban karena pemilik jawaban itu sudah ada di depan matanya.
“Tepat sebelum kecelakaan itu, kakak menemuiku. Kami saling mengenal karena aku dan dia sama-sama sering mengunjungi satu cafe. Tempat itu adalah tempat di mana aku dan dia bisa melihat Mas Awan yang sedang melakukan patroli di jalanan. Awalnya kami tak pernah datang di waktu yang sama, tapi ada satu kesempatan di mana aku bertemu dengannya. Itulah awal pertemuanku dengannya.” Penjelasan itu berlanjut dengan cerita singkat yang mana Yoga adalah penggemar karya-karya Varsha sama seperti Nico. Kedekatan anak itu dan Varsha dimulai dari keduanya yang saling membicarakan buku. Awalnya anak itu tidak mengenali bahwa wanita yang sering bicara dengannya adalah idolanya sampai dia diterima magang di perusahaan tempatnya sekarang bekerja. Di tempat itu, ia menemukan bahwa teman bicaranya itu adalah idolanya. “Sejak saat itu kami jadi teman.”
Varsha. Nama itu mendadak berputar dalam benaknya. Mendengar cerita Yoga, Nico membayangkan dirinya berada di posisi Varsha saat itu. Karena punya kalung itu, ia tentu tahu wanita itu sudah tahu tentang adiknya yang hilang. Dan ketika adiknya yang hilang itu muncul di hadapannya, wanita itu tidak bisa mengungkap identitasnya karena dengan mengungkap identitasnya, itu artinya … wanita itu akan menyeret adiknya dalam perjalanannya yang mungkin sudah diperkirakannya memiliki akhir yang tidak bahagia.