Nico bimbang. Seperti yang dikatakan oleh Yoga baru saja, akhir yang saat ini dibuat oleh Varsha bukanlah akhir yang bisa dikatakan bahagia. Memang benar, wanita itu berhasil menyelamatkan tiga orang terakhir yang penting dalam hidupnya. Tapi bayarannya terlalu mahal untuknya. Tiga nyawa itu dibayar dengan nyawanya sendiri dan pada akhirnya dia tak pernah bisa melihat ending yang dibuatnya sendiri.
“Apa ada jaminan kalo aku biarkan kamu lakuin ini, waktu akan berputar lagi untuk Varsha?” tanyanya ragu.
“Tak ada salahnya mencoba, Mas! Kamu sendiri tahu gimana hidup Kakakku, Mas! Setelah penculikan itu, kakakku tak pernah hidup dengan bahagia! Dia hidup untuk orang lain bukan untuknya sendiri! Dia hidup untuk menyelamatkanku, ayah dan ibu! Dan apa bayarannya? Tidak ada! Dan ketika dia ingin hidup untuk dirinya sendiri, apa yang terjadi? Kematian membayangi Mas Awan dan pada akhirnya memaksanya untuk mengambil keputusan itu!”
Air mata Nico jatuh lagi saat mendengar ucapan Yoga. Kali ini perasaan bersalah menyerangnya. Bukan pada Varsha tapi pada Yoga-laki-laki yang kini berada di ambang kematian tapi justru tak merasa takut sedikit pun. Perasaan itu datang karena berkat tulisan Varsha yang diterbitkan, laki-laki di hadapannya saat ini justru menemukan rahasia milik kakaknya.
“Apa kamu lupa dengan janjimu dengan Varsha? Dia bilang kamu enggak boleh memutar jam itu apapun yang terjadi!” Nico sekali lagi meyakinkan sembari berusaha menahan tangannya yang kini mulai terasa sakit karena beban berat di tangannya. Ditambah lagi rantai yang digenggamnya terasa mulai mengiris kulit di telapak tangannya.
“Janji itu, aku enggak lupa! Tapi-”
Nico paham apa yang ingin dikatakan oleh Yoga saat ini. Akhir yang dibuat Varsha untuk mereka bertiga adalah akhir yang justru paling tidak diinginkan oleh mereka bertiga. Sama seperti Yoga, ia paham jika wanita itu mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan Awan. Bagaimanapun pria itu selalu ada dalam setiap musimnya dan selalu menjaganya. Tapi dirinya dan Yoga, tidak seberharga itu. Ia sadar, dirinya hanya penggemar pertama wanita itu.
Pasti itulah yang dirasakan oleh Yoga saat ini. Tragedi dalam hidup Varsha, semuanya dimulai darinya. Penculikan itu mengubah keluarganya termasuk wanita itu. Mulai dari ibunya yang akhirnya memilih bunuh diri, ayahnya yang meninggal kecelakaan dan terakhir, wanita itu yang selalu dibayangi rasa bersalah dan menolak untuk hidup bahagia sepanjang hidupnya.
“Aku tahu yang kamu rasakan, Yoga! Tapi enggak ada jaminan kalo kamu lakuin ini, waktunya akan berputar lagi,” Darah mengalir dari telapak tangannya, membuat Nico merasakan rasa perih yang tak tertahankan untuk pertama kalinya. “Tanganmu, Yoga! Aku enggak bisa bertahan lebih lama lagi!”
“Lepaskan kalungnya, Mas! Aku harus jatuh bersamanya untuk mengulang waktu!”
Bukannya melepaskan seperti yang diminta, tapi Nico justru menggenggam lebih erat meski tangannya sekarang terasa sangat sakit, perih.
Tik! Jarum jam itu bergerak lagi. Dan lagi-lagi sesuatu muncul dalam benak Nico.
“Kenapa kamu suka sekali makan dengan cara seperti itu? Kecap dan sambal. Kalo tambahkan dua benda itu, rasa makanannya akan hilang!”