Pagi ini, Iqbaal terlihat lebih sibuk daripada hari biasanya. Dia nampak mondar-mandir di dalam kamarnya, berjalan menuju lemari, kembali lagi ke sudut kamar lain untuk mengambil koper, lalu duduk dilantai sembari menarik beberapa helai baju dari lemarinya untuk dipindahkan ke dalam koper.
Tok..tok..
"Masuk aja" ucap Iqbaal tanpa memberi jeda pada aktivitasnya.
"Itu koper kecil amat, bukannya acaranya 3 hari ya?" Tanya seorang pria dengan kulit putih, rambut cepak, dan mata sipit. Kelihatannya, usianya tak jauh beda dari usia Iqbaal.
"Cuma bawa kemeja formal, baju kaos, dan celana jeans. Emang harus bawa apa lagi?"
"Ya, barangkali kamu mau extend beberapa hari. Lagian, bukannya dari dulu kamu pengen banget ke kota itu?" Jawabnya membuat Iqbaal bergeming. Tak lama, hanya sampai dahinya berkerut. Kemudian kembali normal.
"Minatnya udah gak ada" jawab Iqbaal membuat pria itu manggut-manggut.
"Oh iya, Ini ada alamat orang yang kemarin nelpon"
"Kemarin? Yang mana?"
"Kenalan abang, yang nawarin mau buka cabang disana"
"Jadi beneran?"
"Makanya, kamu survey dan riset dulu. Biar bisa ambil keputusan iya atau nggak nya"
"Udah percaya banget? Sampai urusan begini nyuruh Ale juga?"
"Kan kebetulan di kota yang sama, boros amat kalau abang yang harus samperin kesana" jawab Pria itu membuat Iqbaal terkekeh.
"Bang, bang. Pelit amat"
"Hemat, Le. Jaman sekarang harus hidup minimalis"
"Gimana menurut abang aja deh"
"Kalau gitu, abang duluan ke kafe ya. Jangan kelamaan packing, tugas masih banyak"
"Iya, bang Ki"