Enam Tahun Bertahan Dengan Suami Yang Sakit Jiwa

Nurlaila Zahra
Chapter #3

Sulit Ditebak

Pov Rena

Setelah aku dan Mas Arman pindah ke Jakarta, sebuah kejanggalan perlahan mulai kualami. Hari itu aku baru saja selesai memasak. Seperti hari-hari sebelumnya, kelar makanan matang biasanya aku langsung membereskan dapur.


Namun di hari itu, karena rasa lelah yang mendera akibat sejak pagi aku sudah gedebukan mengurus pekerjaan rumah, selesai masak aku memilih istirahat sebentar sambil memainkan ponselku di kamar dan akhirnya aku ketiduran.


Tapi hal yang tidak pernah aku bayangkan dalam hidupku adalah ketika aku baru saja hendak membuka mata, ternyata Mas Arman masuk ke dalam kamar sambil berteriak.


"Renaa!!" Dia memanggil namaku sambil berteriak setelah pintu didorong dengan sangat kuat.


Aku terkejut dibuatnya dan langsung lompat dari tempat tidur saat kudengar namaku dipanggil dengan sangat keras.


"Kenapa sudah siang kamu masih tidur, hah?" Tanyanya setelah aku berdiri dan masih gelagapan menatap wajahnya yang merah padam.


"A ... Aku ketiduran, Mas." Jawabku takut-takut. Aku kaget, terkejut, tidak menyangka kalau Mas Arman akan semarah itu melihatku berada di kamar saat jam sudah menunjukkan pukul 11 siang.


"Kenapa bisa ketiduran? Emangnya kamu nggak ngapa-ngapain hari ini?" Bentaknya lagi sambil memukul pintu kamar kami dengan keras.


Reflek, aku langsung menutup telinga setelah mendengar ia menggebrak pintu kamar sambil membentakku.


"Tadi aku baru selesai masak, Mas. Karena capek, jadi aku istirahat sebentar di kamar terus ketiduran." Jelasku memberi pembelaan pada Mas Arman.


"Halah alasan! Bilang aja kamu males. Itu dapur juga masih kotor belum dibersihkan. Cepat bersihkan! Aku jijik liatnya!" Perintahnya membuatku langsung mengangguk dan langsung berjalan ke arah dapur dengan perasaan yang masih tidak percaya kalau suami yang kucintai bisa setega itu memarahiku hanya karena hal sepele.


Saat tiba di dapur, ternyata ibu mertuaku sudah lebih dulu mencuci semua peralatan memasak yang menumpuk di tempat cucian piring.


"Sini Ma, biar Rena yang kerjain." Kataku menghampiri ibu mertuaku sambil berusaha mengambil alih tugas yang sedang dikerjakannya.


Lihat selengkapnya