Keesokan harinya Mama mertuaku mengirim pesan padaku.
"Rena, kamu ada di rumah? Mama mau bicara penting denganmu!"
Setelah membaca pesan itu, perasaanku langsung tidak enak. Aku langsung membalas pesannya dengan sedikit berbohong.
"Aku lagi nggak di rumah, Ma. Sebentar lagi pulang. Nanti kalau sudah di rumah aku kabari lagi, ya." Balasku.
Aku langsung menghubungi beberapa teman pengajianku untuk menanyakan siapa yang bisa menemaniku di rumah hari ini karena perasaanku mengatakan kalau aku akan diserang habis-habisan oleh Mama mertuaku.
Syukurlah Masayu dan suaminya, Aidil, bisa datang untuk menemaniku di rumah. Aku ceritakan sedikit kisah rumah tanggaku pada mereka supaya mereka mau menemaniku hari ini. Kebetulan Aidil sedang libur kerja jadi dia bisa menemani Masayu untuk datang ke rumahku.
"Maaf ya aku jadi merepotkan kalian." Kataku saat Masayu dan Aidil sudah tiba di rumah kontrakanku.
"Ih, nggak apa-apa, atuh. Namanya sama teman kan harus saling bantu dan menolong." Kata Masayu begitu ramah padaku.
Aidil, suaminya, hanya tersenyum ramah dan menyapa anak-anakku dengan ramah pula. Mereka memang sudah lama menikah namun belum juga dikaruniai buah hati. Makanya setiap kali melihat anak kecil seperti Aisyah dan Maryam, mereka begitu antusias menyapanya.
Saat Masayu dan Aidil sedang menemani anak-anakku bermain, aku langsung mengirim pesan pada Mama mertuaku.
"Aku sudah di rumah, Ma. Mama bisa datang sekarang?"
Tak lama kemudian Mama mertua membalas pesanku.
"Baiklah, Mama kesana sekarang."
Jarak antara rumah orang tua Mas Arman dengan kontrakan kami hanya sekitar satu kilometer saja. Jadi tak lama setelah ia menjawab pesanku, ia pun tiba.
"Loh, mereka siapa? Kenapa mereka ada di sini?" Tanyanya saat ia datang dan melihat teman-temanku sedang bermain dengan Aisyah dan Maryam.