Setelah kejadian yang sangat memalukan itu, aku tahu tak ada jalan lain selain mengakhiri semuanya. Mas Arman tidak akan pernah berubah. Setelah apa yang terjadi di acara halal bi halal Idul Adha tempo hari, di mana dia membuat kegaduhan, aku memutuskan untuk mengambil langkah tegas. Aku tak ingin anak-anak terus tumbuh di bawah bayang-bayang pria yang kasar dan penuh ancaman seperti itu. Cukup sudah.
Aku berbicara dengan beberapa tokoh masyarakat di lingkunganku. Mereka semua akhirnya tahu bagaimana situasiku dengan Mas Arman saat ini. Meski beberapa dari mereka tidak sepenuhnya mengerti betapa beratnya hidupku selama ini, tapi mereka tetap mendukung keputusanku. Salah satu dari mereka menyarankan untuk memanggil seorang ustadz yang bisa membantu memfasilitasi perceraian secara agama.
Ketika ustadz itu datang, aku merasa sedikit lega. Ini langkah yang sudah kupikirkan sejak lama, dan meski aku merasa cemas, aku tahu bahwa langkah ini adalah yang terbaik untukku dan anak-anakku. Kami duduk di ruang tamu salah satu tokoh masyarakat yang ada di lingkungan rumah lamaku, dengan beberapa tokoh masyarakat lainnya yang juga hadir untuk menyaksikan proses ini.
Ustadz itu, dengan suaranya yang lembut tapi tegas, mulai dengan menanyakan beberapa hal kepadaku. "Apakah masih ada rasa cinta di hatimu untuk Mas Arman?" tanyanya dengan lembut, seolah mencari celah di dalam hatiku yang sudah tertutup rapat.
Aku menarik napas panjang berusaha untuk menenangkan diri sejenak. "Tidak, Ustadz," jawabku tegas.
Tak ada lagi cinta. Yang tersisa hanyalah luka dan rasa takut yang terus menghantui. Cinta yang dulu pernah ada telah hilang bersama dengan setiap kata-kata kasar, pukulan, dan ancaman yang ia lontarkan padaku selama ini.
Ustadz itu melanjutkan, "Apakah ada keinginan untuk rujuk, untuk memperbaiki hubungan dan kembali bersama?"
Pertanyaan itu membuat hatiku terasa berat, tapi jawabannya sudah jelas. "Tidak, Ustadz."
Aku tidak bisa kembali ke dalam lingkaran kekerasan itu lagi. Aku sudah memilih jalan ini untuk kebahagiaan dan keselamatan anak-anakku, juga diriku sendiri.