End to Start

Flaminstalized
Chapter #5

Jurnal Otaku

Namanya Jupiter Basyiruddin, tapi terlalu bagus untuk dipanggil Jupiter karena dia bobrok luar biasa. Maka aku menawarkan dua nama panggilan, yakni Jupri dan Udin lalu dia memilih Jupri karena katanya Juprikun lebih bagus dari Udinku. Dia satu-satunya teman dekatku selain anak-anak Arumdalu. Aku mengenalnya empat tahun lalu saat kami tak sengaja bertemu di acara comifuro yang saat itu digelar di Integrity Convention Center, MGK Kemayoran. Kalau ditanya seperti apa sosok Jupri maka tanpa pikir panjang aku akan menjawab 'Otaku'.

Tapi Jupri adalah Otaku versi ganteng yang tidak anti sosial. Dia punya banyak teman dan dicintai semua orang. Hobi ngelawak dan bikin nyaman kaum hawa. Mungkin sudah belasan perempuan berjejer ngantri ingin daftar jadi kekasihnya, tapi Jupri tidak pernah sekalipun menerima salah satu dari mereka. Sampai sekarang aku masih heran. Pikirku mungkin karena Jupri lebih menyayangi mahluk-mahluk gepeng kesukaannya. Ia lebih menyukai Mikasa daripa Mira si anak hits kampus yang fotonya sering mejeng di akun UNJ cantik atau Sania si anak kesayangan dosen yang pernah menyabet gelar mahasiswa berprestasi.

Pernah suatu kali Jupri mengajak salah satu dari mereka ke event anime lalu setelahnya Jupri langsung mengeluh padaku dan berjanji tidak mau lagi mengajak sembarangan orang ke event favoritnya. Jadilah selama dua tahun berturut-turut ini aku resmi jadi partner Jupri.

Jupri selalu punya seribu alasan untuk menolak para perempuan yang menyukainya tanpa membuat mereka sakit hati, tapi tanpa Jupri ketahui gara-gara dia aku jadi sasaran kebencian karena menjadi satu-satunya perempuan yang paling dekat dengannya.

Ada kalanya aku ingin menjelaskan pada mereka bahwa aku tidak punya hubungan apapun dengan Jupri, toh aku sudah punya Danu yang jauh lebih ganteng, tapi aku terlalu malas untuk melakukannya. Lagipula apa untungnya aku menjelaskan pada mereka karena aku yakin apapun alasannya mereka tetap akan membenciku.

Jadilah aku memutuskan untuk mengabaikan mereka dan tetap berteman dengan Jupri sampai saat ini dimana dia sekarang sudah bukan lagi seorang mahasiswa, melainkan seorang pekerja lepas sebagai penerjemah komik-komik Jepang.

Bagiku Jupri adalah teman terbaik. Lihat saja sekarang, dia rela menungguku berjam-jam di depan pintu masuk padahal dia bisa saja masuk duluan dan menunggu di dalam.

“JUPRI!” teriakku sambil berlari-lari menghampirinya.

Kulihat dia menggeleng-gelengkan kepala sambil berdecak pelan, tapi membiarkanku untuk mengatur napas sejenak sebelum memberikan selembar tiket.

“Masuk sekarang?” Aku mengangguk setelah menarik napas dalam-dalam.

Aku memang pernah bilang kalau aku tidak suka keramaian, tapi acara seperti ini tentu pengecualian. Banyak yang bisa membuatku tersenyum di sini, salah satunya hanya dengan melihat poster Kuroko No Basket terpampang di salah satu pojok stand.

“Jup liat, ada pacar gue!”

Jupri merotasikan matanya. “Danu mau lo kemanain?”

“Gue umpetin dulu.” Jupri terkekeh setelah mendengar jawabanku.

“Mau beli-beli sesuatu dulu apa nonton lomba song cover dulu?”

“Beli dulu lah Jup, nanti kalau keabisan gimana?”

“Yaudah.” Kemudian kami berjalan semakin dalam memasuki aula lalu mampir ke salah satu stand.

“Na, liat ada kucing lo!” Jupri menunjukan keychain Yato Noragami.

“Ih sini mau gue beli buat Lana.”

“Anak kontrakan lo?”

“Iya. Dia suka banget sama Noragami.”

Aku mengambil alih keychain tersebut sebelum membayarnya bersama barang-barang lainnya. Jupri melakukan hal yang sama. Perburuan hari ini ternyata cukup menguras kantongku yang mana masih kantong mahasiswa walau sudah punya penghasilan.

“Akhirnya gue dapet action figurenya Lucy,” ujar Jupri sewaktu kami keluar dari aula dan berniat menonton song cover yang digelar di lapangan.

“Emang lo belum punya Jup?”

“Belom.”

“Muka lo biasa aja dong, gak usah kaya om-om mesum gitu,” celetukku ketika melihat wajah Jupri yang berseri-seri. Kelewat berseri-seri malah.

“Sembarangan kalau ngomong!” cicit Jupri. Namun, beberapa detik kemudian senyumnya malah semakin lebar. Ia bahkan mengguncang-guncangkan tubuhku sambil melihat ke suatu arah.

“NA LIAT NA!”

“Apaan sih Jup?!”

“LIAT ADA COSPLAY MIKASA!” Aku mengikuti arah pandangnya lalu menemukan objek yang dimaksud Jupri. Tak jauh dari tempat kami berdiri terlihat seorang perempuan dengan dandanan ala-ala Mikasa di Attack on titan. Lengkap dengan wajah super datarnya.

“Ayo kita ke sana, terus fotoin gue!” Serta merta Jupri menarik tanganku bahkan sebelum aku sempat menolak. Tau-tau aku sudah berdiri di depan sosok Mikasa kw ini.

Mereka berbincang sejenak lalu Jupri memberikan ponselnya padaku, sambil berkata, “Na fotoin dong. Yang bagus ya!”

Aku menghela napas malas, tapi tak urung melakukan apa yang dia perintahkan. Walau dalam hati aku menggerutu tidak ikhlas.

“Lo mau foto juga gak Na?” Aku menggeleng.

Jupri kemudian pamit dan kembali menyeretku menemui cosplayer lainnya yang berkeliaran dimana-mana dan aku tentu saja jadi tukang foto dadakan. Karena tidak seperti Jupri, aku tidak terlalu suka memotret diri sendiri.

Lihat selengkapnya