Waktu kembali terhenti. Lea berlari menyusuri lorong gelap itu. Seketika perasaan sesak bergejolak memenuhi rongga dada.
Perjalanannya menembus ruang dan waktu telah menyentuh ujungnya. Suara tangisan semakin keras terdengar. Lea membuka pintu penghalang di hadapannya. Lalu menatap nanar sosok itu.
"Sampai kapan aku harus merindukanmu, Lea. Ini terlalu menyakitkan." Devan meremas dadanya. Tanpa pikir panjang, Lea merengkuhnya. Memeluk setiap senti luka yang Devan miliki.
Lea mengusap wajah Devan pelan. Kedua bola mata mereka saling bertautan. Menyalurkan berbagai macam rindu dan rasa sakit.
"Aku tahu, mungkin ini terdengar gila bagimu. Tapi entah mengapa aku juga merasa kesakitan saat melihatmu seperti ini. Izinkan aku menebus ruang dan waktu, melupakan kenyataan bahwa kita berasal dari dunia yang berbeda. Izinkan aku menjadi Lea-mu kembali, Devan."