Ending Scene

RED
Chapter #12

BAB 11

Jika kalian bertanya siapa pemeran utama dalam kisah ini

Aku tidak bisa memberi jawaban pasti

Kita memiliki kisah tersendiri

Bukan kisah tentang dirimu yang mencintainya

Bukan kisah tentang diriku yang mencintai dia

Melainkan tentang diriku yang mencintaimu

-Lea

Alfin dan Lea masih berdiri ditempatnya, mereka tidak mempedulikan langit yang sudah gelap, lampu-lampu kecil yang ada disekitar pantai mulai menyala satu persatu, membuat Devan gagal untuk menyembunyikan dirinya yang kacau. Lea masih menuntut jawaban atas pengakuan yang Devan beberapa menit yang lalu.

“Vava yang berada didunia nyata itu bukan aku. Dengarkan aku Lea. Kau tahu bukan setiap cerita pasti memiliki plot twist-nya masing-masing. Aku akan menceritakan plot twist dari ceritaku, Alfin dan Lea.” Devan menyerahkan selembar foto yang tampak usang pada Lea.

Lea menerima foto tersebut, dilihatnya Lea dan Alfin kecil yang duduk bersebelahan dan tersenyum kearah kamera tapi otaknya masih belum bisa menerima penjelasan Devan. ”Bukankah ini fotoku dan Alfin? Tapi mengapa disini tertulis Lea dan Fafa? Dan juga mengapa nama Fafa ditulis menggunakan F bukannya V?”

“F untuk Fafa, bukan Vava. Lea memberikan panggilan Fafa itu untuk Alfin dan memberikan panggilan Dev untukku. Bagian ini sangat berbeda jauh dengan duniamu, Lea.” Devan akhirnya memberitahu Lea rahasia besar yang semula ingin disimpannya rapat-rapat, hati nuraninya terusik. Devan merasa harus memberi tahu Lea semua kebenarannya sebelum gadis itu kembali ke dunianya.

Lea akhirnya berhasil membuat sebuah kesimpulan. Semua yang terjadi di dunianya adalah kebalikkan dari masa lalu Devan, ‘Lea’ dan Alfin yang terjadi disini . Baik dirinya dan Lea yang hidup dimasa lalu, mereka sama-sama memilih orang lain dibandingkan cinta pertamanya “Jadi maksudmu, cinta pertama Lea di dunia nyata adalah Alfin?” Lea bertanya untuk memastikan kesimpulan yang ia buat secara sepihak itu.

Devan mengangguk lemah. “Maaf karena tidak mengatakannya lebih awal. Jika aku mengatakan hal ini padamu mungkin kau akan tetap mencintai Alfin.” Sekarang ia membenci dirinya sendiri karena merasa menipu gadis yang ada dihadapannya. Berpura-pura memiliki kenangan yang sama tentang cinta pertama dan menarik perhatian Lea.

Lea meraih jemari Devan. Membiarkan semilir angin menerpa mereka berdua, mengabaikan hawa dingin yang menusuk. “Jika seandainya kau memberitahuku sejak awal tentang hal ini, kurasa semuanya tidak akan berubah. Aku yang bodoh karena tidak mendarinya sejak awal. Dengar aku Devan, cinta pertama ‘Lea’ sama sekali tidak ada hubungannya dengan siapa yang aku sukai disini. Bahkan jika seandainya kau tidak menamaiku dengan Lea, orang yang aku cintai disini adalah kau, Devan. Bukan orang lain.”

Devan membelai wajah Lea lembut, memandang bola matanya yang teduh dengan penuh kasih sayang, sebelum akhirnya Devan menarik tubuh mungil Lea kedalam pelukkannya “Terima kasih karena telah mencintaiku Lea. Kau harus tahu kalau aku juga mencintaimu dengan tulus, bahkan jika namamu bukan Lea. Saat kau kembali nanti, kau mungkin akan dihadapkan dengan perpisahan dengan Devan yang lain tapi ku harap kau tidak akan membenciku untuk itu. Maaf karena aku tidak bisa berada di adegan terakhir bersamamu, maaf karena aku harus melepasmu pergi, Lea.”

Lea kembali membenamkan wajahnya dipelukkan Devan. Beberapa saat kemudian sebuah cahanya terang berpendar. Pintu menuju dunia webtoon kembali terbuka.  

Air mata yang sedari tadi ditahannya meleleh turun “Aku benci perpisahan, tak bisakah aku bersamamu lebih lama?” Lea semakin terisak dengan tatapan memohon, Ia menggenggam erat kedua tangan Devan, pertanda tak ingin pergi kemanapun, Lea ingin tetap disini.

“Meskipun waktu yang kuhabiskan bersamamu terbilang singkat, aku bersyukur pada takdir karena telah mempertemukan kita. Terima kasih telah menjadi bagian berharga dalam kisahku, Lea. Kau harus kembali, Lea. Dengan begitu aku bisa mengunggah episode berikutnya.” Devan mengusap air mata gadis kecilnya tersebut.

Dengan berat hati, Lea menuruti permintaan Devan. Ia melangkah pergi, mendekati cahaya tersebut. “Jika suatu hari nanti aku terlahir kembali, jika suatu hari nanti kita bertemu lagi, meskipun itu didunia yang lain, aku berjanji akan mencintaimu. Akan kupastikan takdir mengizinkan kita untuk saling memiliki.”

Devan melambaikan tangannya perlahan. “Aku harap keinginanmu terkabul, Lea.”

Cahaya dihadapan Devan telah menghilang seutuhnya. Menyisakan dirinya seorang diri disana. Sekarang kisah cintanya benar-benar telah berakhir.

***

Lihat selengkapnya