"Kata orang Nada itu pembunuh, kalau kata gua Nada itu cantik!" -Karel Ghifari-
***
Nada menuju kelas. Baru saja kakinya menginjakkan kelas sebelas IPA dua itu, dirinya sudah disambut oleh cowok yang tengah tersenyum di sana. Karel, sudah duduk di bangkunya sepagi ini.
Nada memang selalu berangkat pagi karena sangat malas menghadapi orang-orang yang selalu mengejeknya ketika menuju kelas, jika ia berangkat pagi, sekolah masih sepi, dan dirinya bisa berjalan ke kelas dengan tenang.
Biasanya Nada menjadi orang pertama yang hadir di kelas ini, namun kali ini berbeda, kehadiran Karel sepagi ini sudah membuat Nada berpikir harinya tidak akan tenang.
“Nada!” seru Karel sambil melambaikan tangan. “Duduk,” katanya seraya menepuk kursi di sebelahnya yang memang merupakan tempat duduk gadis itu.
Nada menghela napas pelan dan menuju bangkunya, tanpa ekspresi dan sepatah katapun.
“Nggak capek ya jutek mulu?” tanya Karel sambil mengikuti pergerakan tubuh Nada menuju tempat duduk itu.
“Nggak capek ya banyak omong?” Pertanyaan balik Nada itu malah membuat pemuda bernama Karel Ghifari menggaruk tengkuknya dan tertawa cengengesan.
“Gua tahu kok, lu aslinya asyik!” seru Karel lagi yang masih mencoba akrab dengan cewek itu.
Tanpa menanggapi Karel, Nada meraih sesuatu dari dalam tasnya, apalagi kalau bukan origami?
“Origami lagi?” tanya Karel dengan wajahnya yang sangat bosan karena terus melihat kertas origami di sekitar Nada.
“Origami ini udah jadi temen gue, dia emang nggak bisa ngomong, tapi dia mengajarkan tentang kesabaran dan kekuatan menjalani hidup.” Nada yang biasanya malas menanggapi Karel, kali ini entah kenapa dia sangat ingin bicara, apalagi kalau menyangkut origami.
Karel mengangguk-angguk, sok mengerti padahal cowok itu sedang berpikir keras mencerna apa yang dimaksud dari kata-kata Nada tadi.
“Nada, gua boleh tanya nggak?”
“Kalau mau tanya langsung aja, nggak usah minta persetujuan, terlalu basa-basi.” Nada memang benci orang yang suka berbasa-basi, buang-buang waktu katanya.
“Kenapa sih, lu—“ Karel menghentikan perkataannya.
Nada menatap cowok itu, menunggu kelanjutan dari perkataannya. “Apa?”
Karel merasa canggung, tidak berniat melanjutkan pertanyaannya karena takut menyinggung perasaan cewek itu. Pasalnya, Karel sangat ingin menanyakan perihal Nada yang sering diejek, dikucilkan, serta dituduh menjadi pembunuh.
“Kenapa lu cantik?” tanya Karel melanjutnya perkataannya yang tiba-tiba berubah dari niat awal.
Nada terkekeh. “Gue tahu kok, lo mau tanya kenapa gue disebut pembunuh kan?”
“Wah! Nada, lu dukun yak? Kok bisa tahu pikiran gua! Hebat!” Karel mengacungkan kedua jempol tangannya. Tentu saja dengan ekspresi antusias yang menggemaskan.
“Semua orang penasaran. Gue pun penasaran,” ujar Nada yang menghentikan aktivitas melipat origaminya.
“Kalau kata orang lu itu pembunuh, kalau kata gua sih lu cantik!” seru Karel lagi yang mendapat gelengan kepala dari gadis itu.
“Lo nggak usah sok baik sama gue, ikutin aja teman-teman yang lain, ngejek gue dan kucilin gue,” ujar Nada lekat. Dirinya benar-benar menghentikan aktivitas melipat origami.