"Ketemu mantan itu rasanya kayak ketemu setan! Horor banget! Tapi tergantung mantannya juga sih, hehe ...." -Arasya Putri- [Endless Origami]
***
Jalanan ramai, apalagi bertepatan jam pulang sekolah seperti ini. Ribuan siswa yang berkeliaran di sepanjang jalan dari berbagai macam sekolah, mulai yang jalan kaki, diam menunggu jemputan, hingga yang mengendarai kendaraan sendiri.
Keenam remaja yang sedang berdesakan dalam taksi online itu saling diam. Tidak seperti keadaan di jalanan yang sangat ramai. Mereka menatap motor gede yang sedang melaju di depan taksi tersebut, Dana yang sedang membonceng Yudha. Dan Yudha, benar-benar ikut ke rumah Nada saat itu.
Yang lain sama-sama saling diam karena bingung dan takut bertanya lebih jauh kepada Nada, alhasil, suasana di dalam taksi tersebut bagaikan hati yang sepi di keramaian, hanya suara riuh klakson dan kendaraan yang lalu-lalang.
Taksi tersebut berhenti tepat di depan pagar rumah Nada. Dengan semua tatapan mata yang mengarah pada cowok kasar yang ekspresi wajahnya terlihat sangat berbeda.
"Yuk, masuk," ajak Nada pada teman-temannya.
"Woy iuran dulu!" seru Arasya yang kali ini bertugas mengumpulkan uang iuran untuk bayar taksi.
"Pakai uang lo aja dulu, nanti kita bayar ke lo," ujar Reno menyeletuk.
Walaupun dengan wajah kesal, Arasya menuruti juga apa kata Reno, karena akan sangat ribet kalau mereka mengumpulkan uang iuran dulu apalagi jumlahnya yang memang tidak banyak.
"Nanti, kalau kami lupa bayar, ikhlasin aja ya!" seru Reno lagi cengengesan dan langsung mendapat pelototan dari Arasya.
"Yaudah yuk, masuk." Kini Dana mengajak yang lain, dengan senyumnya yang semringah. "Yudha, yuk masuk, Mama udah lama lho nyariin lo," ujarnya lagi yang membuat kelima remaja lain terheran-heran dan saling berbisik.
***
"Assalamu'alaikum ...." Nada membuka pintu dan langsung melihat Mamanya sedang duduk santai di ruang tamu dengan secangkir teh hangat.
"Wa'alaikumussalam ... eh, ada temen-temen Nada, ya?" ujar Irma seraya berdiri dan menyalami satu-persatu remaja-remaja tersebut.
"Lho, ini Yudha? Yaampun, lama banget nggak main ke sini, ke mana aja?" tanya Irma ketika Yudha bersalaman dengannya.
Yudha membalas senyum Irma dengan sangat sopan, "Hehe, ada kok Tante," ujarnya yang memang malas berbicara lebih banyak.
Yudha sangat terlihat sopan. Dari matanya saja, juga memancarkan ketulusan. Dia tidak ingin, rasa bencinya kepada Nada juga membuat dirinya ikut benci dengan mama dan kakak Nada juga. Apalagi mereka tidak mengetahui ada masalah di antara dirinya dan Nada.
"Biasanya aja sering main ke sini, nggak pernah absen bawa kue buatan Tante ke rumah pohon kalian," ujar Irma lagi yang memang terlihat sangat rindu dengan Yudha.
Yang lain saling menatap, heran, dan bingung.
"Sinta juga nggak pernah main ke sini," ujar Irma lagi sambil menatap foto Nada, Kania, dan Sinta yang terpajang di atas lemari di sana.
Nada hanya diam, malas memperpanjang percakapan perihal Yudha dan Sinta.
"Sinta ada kok, Tante, nanti Yudha ajak deh," sahut Yudha lagi-lagi dengan senyumnya yang sangat sopan.
"Eh, ayo duduk sini semua, Tante siapin kue dulu ya," ujar Irma yang kembali sadar bahwa banyak teman-teman Nada di sana, bukan hanya Yudha.
Langkah Irma terhenti saat Yudha membuka suara, "Eh, nggak usah, Tante. Kan Tante baru pulang dari rumah sakit, nggak usah repot-repot, kami kan mau jengukin Tante."
Mata Nada memanas di sana. Melihat sikap Yudha yang sangat sopan dan baik terhadap Mamanya, membuatnya merasakan sakit bertubi-tubi mengingat sikap Yudha terhadapnya.
"Iya Tante duduk aja sini, nggak usah repot-repot!" timpal Karel yang sedari tadi gatal ingin bersuara tetapi selalu keduluan oleh Yudha.
Irma menghela napas, "Nggak ngerepotin kok, lagian tinggal ngambil doang itu," jelasnya yang mulai tidak terima lantaran dilarang-larang menyiapkan kue.
"Yaudah Karel yang ngambilin!" seru Karel yang langsung berlari ke dapur, takut keduluan Yudha katanya.
"Kulit kambing udah gila," bisik Reno yang ternyata malah terdengar oleh semua orang di sana. Dirinya lalu nyengir tanpa dosa.