"Woi hati-hati temenan sama Nada. Katanya dia pembunuh!" bisik cowok yang diduga bernama Reno ketika bell istirahat pertama sudah berbunyi.
Cowok itu duduk tepat di depan Karel. Akibat Karel yang selalu ngoceh tetapi mendapat balasan dingin dari Nada, cowok itu melampiaskan kekesalannya dan berpindah mengajak Reno mengobrol.
"Pembunuh apa? Pembunuh nyamuk?!" tanya Karel dengan wajah polosnya yang dibuat-buat.
Tenang. Nada tidak ada di kelas ini. Semua orang sudah berhamburan keluar kelas, tinggal dua pemuda itu yang terlihat masih betah mengobrol.
"Kalau nyamuk mah semua orang juga jadi pembunuh, dodol!" ejek Reno dengan wajahnya yang agak sedikit kesal.
"Gua laper nih! Kantin yuk! Apa yang enak di kantin?" Karel memegangi perutnya yang dari tadi terus mengeluarkan bunyi gemuruh.
"Ayam krispi Mbak Imul, atau bakso Mang Udin! Endol! Yuk, gue lagi pengen makan ayam krispi nih, sambil liatin Mbak Imul yang seksi," ujar Reno yang langsung berdiri sambil tertawa karena membayangkan badan Mbak Imul yang bohai.
Karel membulatkan matanya beberapa detik. Merasa heran mendapat teman baru dengan sifat macam ini, "Lu ya! Bener-bener!" Tetapi, detik kemudian Karel ikut tertawa, merasa bersyukur mendapat teman yang sejalan dengannya.
Dasar, Karel.
***
Karel masih mengintip di balik pintu, melihat Nada berjalan seorang diri menuju kelas. Tatapan Nada terlihat lurus ke depan dan ia berjalan sangat tenang. Namun saat dirinya melewati kerumunan murid lainnya, di situ mulai ada yang berubah dari mata seorang Nada. Karel bisa melihat dengan jelas bagaimana raut wajah Nada yang tenang dan cuek itu berubah menjadi gelisah saat mendengar perkataan sinis dari murid lain yang dilontarkan kepadanya.
"Awas, entar kita kena sial," ucap seorang siswi dengan tatapan tajam saat Nada melewatinya.
"Jangan keras-keras! Entar lo kena bunuh sama dia," ucap yang lainnya diakhiri senyum sinis, lalu terdengar tawa yang menggelegar saat Nada sudah agak jauh dari mereka.
Karel masih mengamati Nada dan juga orang-orang yang Nada lewati. Karel yang tadinya hanya ingin mengamati Nada dari jauh, sekarang justru merasakan ada sesuatu yang aneh dengan Nada. Selama pengamatan ini berlangsung, beberapa kali Karel melihat bahwa murid di sini banyak yang tidak menyukai Nada, bahkan menyebut Nada sebagai pembunuh.
Karel tidak tahu mengapa. Yang ia tahu, Nada adalah gadis yang cantik, manis, dan sedikit cuek. Barangkali jika dia sudah akrab dengan Nada, gadis itu akan menjadi orang yang sangat menyenangkan, pikirnya.
"Nada, tunggu!"
Nada menghentikan langkahnya dan menoleh saat mendengar namanya dipanggil dan juga suara langkah kaki yang gaduh terdengar menuju ke arahnya. Tidak hanya Nada, Karel yang masih mengintip gadis itu di balik pintupun semakin penasaran.
"Kan udah kita bilangin buat tunggu di taman dulu, kenapa ditinggal, sih?" ucap salah seorang gadis bernama Refina dengan raut wajah yang dibuat sebal, dua gadis lainnya masih berusaha mengatur napas karena cukup ngos-ngosan mengejar Nada.
"Gue pikir kalian cuma bercanda doang," ucap Nada singkat.
"Lo pikir kita pelawak apa, dikira bercanda!" Kini gilrian Fanisa yang angkat bicara dengan sedikit ngegas setelah berhasil mengatur napasnya.
"Udah, ah. Panas, ayo masuk kelas," ajak Arasya yang langsung menggandeng tangan Nada, membuat Nada sedikit terkejut hingga ia tidak bisa melepaskan pandangannya pada tangan Arasya yang menggenggam pergelangan tangannya.
Keempat gadis itu beriringan berjalan menuju kelas yang jaraknya hanya kurang beberapa langkah lagi.