Endless Origami

dedanel
Chapter #4

4 - Origami Kupu-kupu

Memang sudah enam bulan belakangan ini Nada selalu sendiri. Ia sudah mulai terbiasa dengan kesendiriannya. Tetapi, mengapa saat ada seseorang yang mulai dekat dengannya, orang itu justru juga meragukan untuk berteman dengan Nada?

Nada sangat meragukan teman barunya, lantaran Nada hanya mendengar keraguan dari ketiga orang itu tadi pagi.

Gadis itu masih saja duduk terdiam di bangkunya. Padahal bel pulang sekolah sudah berbunyi setengah jam yang lalu, kelas pun sudah kosong tersisa dirinya.

Nada hanya memandangi empat origami yang masih ia simpan di dalam laci. Ya, satu origami berbentuk kupu-kupu berwarna kuning buatannya, dan sisanya adalah buatan Karel kemarin.

"Woi, woi, woi."

Tiga cewek masuk ke dalam kelas secara gaduh.

"Lhoh, kok lo belum pulang, sih?" tanya salah seorang cewek yang mendapati Nada masih berada di bangkunya.

Nada hanya diam, hingga ketiga cewek itu akhirnya mendekat ke arahnya.

Pandangan Arasya langsung teralih pada empat origami kupu-kupu yang tergeletak di atas meja. "Lo yang bikin ini semua?" Ia mengambil satu kupu-kupu berwarna biru langit dan menatapnya takjub.

Fanisa dan Refina juga mengambil masing-masing satu dari tiga origami yang masih tersisa. Warna hijau untuk Fani dan warna abu-abu untuk Refina.

"Kok lucu, sih?" ucap Arasya merasa gemas, dilanjutkan anggukan Fani dan Refina.

"Pas banget jumlahnya empat, pasti lo sengaja buatin buat kita, ya?" selidik Fani sambil menaik-turunkan alisnya. Ia juga menyenggol bahu Nada yang sedari tadi hanya diam saja, berusaha agar Nada berekspresi.

Nada membuka mulut, "Bukan gue yang buat itu," ucapnya datar. Ia merasa enggan berbicara pada mereka. Nada masih mengingat dengan jelas pembicaraan mereka yang masih ragu untuk berteman dengannya.

"Kalo bukan lo, terus siapa? Karel?"

Nada menghela napas dan bersender pada punggung kursi. Ia cukup lelah dengan kepura-puraan ketiga cewek yang ada di hadapannya itu.

"Kalian peduli apa sama origami ini? Kalo bisa, jangan sok akrab," ucapnya sangat datar.

Mendengar hal itu, membuat Arasya, Fani, dan Refina membulatkan mata. Arasya yang paling tercengang mendengar omongan dari Nada.

"Kok lo ngomong gitu, sih?" Kini ia duduk di sebelah Nada. Menatap intens meminta penjelasan.

"Nada, lo kenapa, sih?" tambah Fani. Ia duduk di bangku yang ada di depan Nada.

Lagi-lagi cewek itu hanya bisa menghela napas dengan ekspresi datar. Ia mengambil tasnya dan hendak pergi dari sana. Namun saat ia akan berdiri, tangannya ditahan oleh Arasya.

Lihat selengkapnya