"Nada! Kok WA gua cuma lu baca aja sih?!" Karel duduk di bangkunya. Menatap Nada yang sudah datang lebih dulu dan sedang asyik melipat origaminya.
Nada tidak menjawab dan terus saja melipat origami berwarna merah muda itu.
"Woi, udah dikacangin di WA, sekarang ketemu langsung juga masih dikacangin?" tanya Karel dengan ekspresi protesnya karena tidak kunjung mendapat respon dari cewek di sampingnya.
"..."
Nada masih sibuk melipat origami.
"Lu kalau main origami suka nggak peduli sama sekitar ya?" Lagi-lagi Karel bertanya yang lebih terlihat seperti berbicara sendiri karena tidak ada jawaban dari lawan bicaranya.
"NADA!" seru Karel tepat di samping telinga cewek itu.
"HAHAHA! Pagi-pagi udah dikacangin ajanih!" ujar Reno yang baru datang dengan ransel hitamnya.
"DIEM LU BAMBANK!"
Karel lalu meraih dua lembar origami dari meja Nada. Cowok itu tanpa permisi menyomot dan melipat kertas yang ia ambil.
Tidak membutuhkan waktu lama, Karel sudah berhasil membuat dua origami berbentuk burung merak.
"Lo pasti mau bikin burung merak kayak gini kan? Lama banget sih, keduluan gue dong yang jadi," ujar Karel yang sengaja meletakkan dua origami burung merak tu di hadapan Nada, tentu saja untuk menarik perhatian cewek berhati es tersebut.
Nada menghentikan kegiatannya begitu melihat origami berbentuk burung merak itu di hadapannya. Karel tersenyum miring, kali ini jurusnya berhasil.
"Yee ... jangan sok seneng dulu lo," ujar Reno yang sedari tadi memerhatikan dua manusia di belakangnya itu.
"DIEM LU BAMBANK!" ketus Karel yang merasa tidak terima atas ocehan Reno yang hanya mengganggu waktunya dengan Nada, lalu cowok itu menjitak kepala Reno.
Tidak ada hal lain yang membuat Nada sangat tertarik selain origami. Kecintaannya terhadap origami sejak bertahun-tahun itu membuat gadis dengan senyum yang jarang terlihat mengalihkan perhatiannya.
"Lo yang bikin ini?" tanya Nada lirih.
Karel menegakkan tubuhnya, menepuk-nepuk dadanya dengan bangga serta wajah songongnya yang minta ditabok oleh Reno. Tentu saja Reno yang menyaksikan itu merasa ingin muntah serta tangannya yang sangat gatal ingin segera menabok temannya.
"Iya. Hebat kan gue?" ujar Karel dengan sangat percaya diri.
Nada mengangguk.
Ya. Nada mengangguk. Kalian tidak salah baca.
"Beneran lu ngakuin gua hebat?!" Bahkan Karel pun sangat syok akan hal itu. Cowok itu berdiri dengan kedua bola matanya yang hampir keluar. Oke, ini lebay.
Lagi-lagi Nada mengangguk.
"Sebegitu sukanya ya lu sama origami?"
"Origami bisa buat gue lebih hidup," ujar Nada menatap lekat-lekat origami berbentuk burung merak yang dibuat oleh Karel.
Reno hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Karel yang tampak kegirangan karena dirinya telah berhasil diperhatikan oleh Nada.
***
"Hai Nad!" seru Arasya yang langsung duduk di samping Nada. Seperti biasa, di bawah pohon pada taman sekolah.
"Nad senyum kek, jangan cemberut dong!" serunya lagi lantaran melihat ekspresi Nada yang tidak berubah sedikitpun.
Nada mengarahkan pandangannya ke sekitar, Arasya hanya sendiri, tumben.
"Lo pasti nyari yang lain? Mereka tadi jajan dulu, bentar lagi ke sini kok," ujar Arasya yang tampak mengerti maksud dari kepala Nada yang bergerak melihat sekitar.
Nada hanya diam dan tidak banyak menanggapi cewek di sampingnya itu.
"Nada Alishba yang cantik dan disayang penunggu pohon ini, lo kenapa sih ngirit ngomong terus? Lagi puasa ngomong ya?" tanya Arasya dengan wajah polosnya yang cemberut.