"Yaudah, Ayah masuk dulu ya," ujar Sumandra, berpamitan untuk masuk ke dalam. Yang lain hanya mengangguk, terlebih teman-teman Nada yang masih kebingungan dengan sikap Nada yang tiba-tiba saja menjadi ceria.
Mata Nada mengikuti pergerakan Ayahnya. "Ayo makan lagi gorengannya, masih ada tuh," ucap Nada dengan senyumnya yang masih mengembang. "Gimana-gimana, kalian cerita apa tadi?" tanya Nada lagi yang tentu saja membuat remaja-remaja itu semakin syok.
"Gue diet! Jangan dikasih gorengan mulu!" Refina memekik dan memegang pipinya yang agak cubby.
"Nada, lo baik kan? Atau lagi kerasukan jin penunggu bawah pohon taman sekolah ya?" tanya Arasya yang refleks meletakkan telapak tangannya di dahi Nada.
"Lo tuh yang kesurupan! Centil-centil gitu tadi ke Abangnya Nada!" Jangan ditanya, pasti Reno yang sedang menyeletuk itu.
Ara menatap cowok itu tajam. "Sirik aja lo BAMBANK!"
"Berantem mulu deh kalian! Gue doain jodoh lu!" seru Karel yang mulai kesal melihat Ara dan Reno yang sering adu mulut.
"Aamiin!" teriak Reno membuat yang lain malah tertawa.
"Ih najis!" seru Arasya kemudian membuat yang lain semakin terpingkal.
Nada ikut tertawa, tawa yang entah nyata atau palsu. Karel memandangi gadis itu dalam.
Fanisa berpindah posisi, dia duduk di samping Nada. "Nada, nanti kapan-kapan kita main ke sini lagi ya!" serunya yang sangat bersemangat. "Kita belajar bersama," ucapnya lagi yang malah mengundang protes dari yang lain.
"Ih, Fani mah sukanya belajar mulu! Kita main aja!" seru Ara.
"Atau kita foto-foto aja!" seru gadis berwajah glowing yang tentu saja bernama Refina.
"HAMPA TERASA HIDUPKU TANPA SELFIE!" seru Karel dengan bersenandung di sana.
Arasya terpingkal, padahal yang lain hanya tertawa biasa, entah apa yang membuat gadis itu sangat terbahak.
"Ternyata benar ya, Ara suka ketawa-ketawa gini," ujar Nada yang kemudian ikut tertawa. Membuat yang lain malah diam dan kebingungan melihat Nada yang terbahak itu.
Seorang Nada, untuk pertama kalinya, menunjukkan tawanya pada orang-orang ini.
Arasya kembali tertawa.
"Stress lo pada," ketus Reno yang lagi-lagi mengejek Arasya.
***
"Dadah! Hati-hati ya!" seru Nada tepat di depan gerbang rumahnya. Teman-teman Nada baru saja meninggalkan rumah itu.
Yang lain melambaikan tangan. Berjalan bersama menuju halte terdekat, menunggu angkot di sana.
"Nada aneh banget! Jangan-jangan beneran kerasukan jin penunggu pohon taman sekolah!" seru Arasya dengan ekspresinya yang sangat berlebihan alias lebay.
"Bener juga sih kata Ara. Semoga aja besok Nada nggak kembali ke Nada yang dingin. Haha ...." Reno menimpali. "Gimana Rel? Lebih suka yang mana nih? Nada yang dingin, atau Nada yang ceria?" Kini Reno menatap cowok yang berdiri di sebelahnya.
"MAKSUD LU APA BAMBANK!"
"Lo suka kan sama Nada?! Jujur aja deh lo!"
"Mau gua kasih tahu sebuah rahasia? Sebenernya--" Karel mengela napas, "gua sukanya sama lu!" ujar Karel lalu mendekat ke Reno dengan wajah manisnya.
"IH! NAJIS!" seru Reno yang kemudian lari dari sana. Lalu mereka mendadak main kejar-kejaran, seperti bocah SD yang kegirangan saat jam istirahat.
Refina dengan kekuatan ratu selfienya, lantas membuka ponsel dan merekam kedua cowok yang sedang berlari itu. "Gaes! Ada dua manusia sedang kejar-kejaran gaes!"
Arasya menggelengkan kepala melihat tingkah dua cowok itu serta Refina yang selalu gercep membuka ponsel. Ia lalu menghela napas, "Kapan ya mereka warasnya?" tanyanya pada Fanisa yang sedari tadi terlihat kalem-kalem saja, padahal dirinya saja juga sering terlihat tidak waras, dasar Arasya.
"Eh, Nada tadi aneh banget ya? Tiba-tiba jadi ceria gitu, kenapa ya?" tanya Fanisa dengan wajah polosnya.
Sontak, Refina yang merekam dua cowok tadi menghentikan aktivitasnya, kedua cowok itupun refleks berhenti berlari, sedangkan Arasya sudah siap mengelus dada.
"Fani! Dari tadi kita bahas itu!" seru Refina seraya memasukkan ponselnya ke dalam kantong rok.
"Bahas Nada berubah?" tanyanya lagi yang tentu saja membuat yang lain semakin gemas.