Terimalah lagu ini dari orang biasa
Tapi cintaku padamu luar biasa
Aku tak punya bunga
Aku tak punya harta
Yang kupunya hanyalah hati yang setia
Yang kupunya hanyalah hati yang setia
Terimalah cintaku yang luar biasa
Tulus padamu ....
Suara tepuk tangan terdengar riuh di ruangan ini. Wajah-wajah berbinar, sangat terasa sekali kuping mereka dimanjakan oleh nyanyian dari dua pemuda tampan.
Dreamilk 127 Coffee and Milk, adalah tempat biasa di mana Dana sering mengubah hobi dan bakatnya itu menjadi rupiah yang bisa ia tabung.
Memang sejak kecil Dana sudah sangat akrab dengan musik. Ayahnya mulai memperkenalkan musik kepada Dan dan juga mendiang saudara kembarnya sejak usia tiga tahun. Namun hanya Dana yang benar-benar menekuni bidang ini, sedangkan Dimas memilih fokus belajar untuk mengikuti olimpiade-olimpiade sejak sekolah dasar.
Kini Dana dan temannya sudah berada di belakang panggung. Sudah cukup membawakan lima lagu untuk hari ini, apalagi dengan lagu terakhir yang membuat siapa saja meleleh mendengarkannya.
"Gimana kabar nyokap lo, masih belum pulang dari rumah sakit?" ucapnya saat Dana sibuk mengemas gitar kesayangannya.
Dana tidak menjawab sampai gitarnya benar-benar masuk ke dalam tas dan siap untuk dibawa pulang. Sedangkan temannya, Dandi, sudah siap sedari tadi dan hanya duduk sambil menunggu jawaban dari Dana.
"Lo nggak papa?" ucap Dandi lagi saat ia merasakan ekspresi Dana sedari tadi hanya datar.
Dana duduk di kursi tanpa punggung, ia menatap lantai dan menggerak-gerakkan kakinya, terlihat gelisah.
"Cerita, siapa tahu gue bisa bantu."
Dana masih tidak mau menjawab, dirinya bangkit dan memberikan isyarat untuk segera keluar dari kafe ini yang langsung dimengerti oleh Dandi.
"Mantap, kalian kalau sedang galau, menghibur sekali." Salah seorang staf di kafe itu memberikan dua jempolnya pada Dana dan Dandi, ia juga memberikan applause saking bangganya pada dua penyanyi yang sudah menjadi andalan di kafe ini.
"Kami tidak galau, Pak." Dandi terkekeh. "Kami hanya pandai menempatkan diri dalam berbagai situasi." Perkataan itu sangat terdengar seperti seorang yang sedang membanggakan diri.
Pak Broto, Staf bagian marketing itu kembali terkekeh. "Suombong amat," ucapnya dengan nada khas, lalu kembali terkekeh.
Setelah puas dengan kekehannya, Pak Broto akhirnya menyadari jika Dana hari ini terlihat sedikit berbeda. Hari ini, ia sama sekali tidak berbicara dengannya. Padahal biasanya, Dana adalah orang yang paling berisik dan paling membanggakan penampilannya saat di atas panggung.
"Dana, kamu galau?" ucapnya yang tiba-tiba itu membuat Dana mendongak. "Tumben nggak bangga-banggain penampilan kamu."
"Kayaknya baru berantem sama pacar, Pak," bisik Dandi pada Pak Broto yang tentunya masih bisa didengar jelas oleh Dana.
"Yaampun, emang Dana punya pacar?" ucap Pak Dana spontan yang langsung membuat dirinya dan Dandi terbahak.
"Sudah, sudah. Sudah sore, kalian nggak pulang?"