ENIGMA: Aku Tak Sendirian

Benny Rhamdani
Chapter #3

#2 Siang Saat Hujan

Renata masuk ke kelas dan melihat Zia sudah duduk di bangkunya dengan kepala menunduk dan mata mengarah ke buku yang dibacanya.

"Hari ini aku ulang tahun," gumam Renata sambil duduk di samping Zia.

"Selamat ulang tahun." Zia tak menoleh sama sekali. Dia tak pernah menganggap ulang tahun adalah momen yang harus diperingati. Kalau ada yang bilang merayakan ulang tahun merupakan saatnya bersyukur, Zia malah menganggap itu keliru. Bersyukur karena diberi hidup mestinya dilakukan setiap hari ketika bangun tidur.

"Dan?"

"Panjang umur."

"Lalu?"

"Sehat."

"Aku selalu sehat, kok."

"Hmm."

"Oke, sekarang kita potong kuenya."

Zia menoleh. Dia baru menyadari Renata membawa cheesecake berukuran sedang. Mau pakai apa Renata memotong kue itu?

"Aku nggak suka yang manis-manis. Jadi kue ini untukmu saja semua." Renata meletakkan cheesecake itu di meja. "Dan jangan bagikan ke siapa pun di kelas. Oh ... Tentu tidak ada yang berani minta cake ini padamu."

"Terima kasih." Zia membiarkan kue itu. Lalu, kepalanya kembali menunduk.

"Ng ... Kamu tahu kejadian kemarin?"

"Buku?"

"Ih, bukan. Ryad. Dia kemarin dikeroyok OTD di depan sekolah. Setelah ngobrol sama kamu."

"OTD?"

"Orang tak dikenal."

Zia tiba-tiba teringat bayangan-bayangan yang berkelabat saat tangan Ryad menyalami telapak tangannya.

"Gimana ya dia sekarang?" Renata melihat bangku Ryad yang masih kosong. "Eh, aku belum foto selfie bareng kamu buat IG Story edisi ulang tahunku."

Renata merapatkan dirinya ke Zia sambil mengarahkan kamera depan handphonenya. Kendati Zia terus menunduk, Renata mengambil foto mereka berdua. Unik, menurut pikiran Renata karena setiap kali foto bareng Zia, temannya itu terus menunduk. Tak jarang followers Instagramnya yang mencapai setengah juta itu ada yang bertanya ihwal Zia.

"Pagi semua! Para fans dan haters semoga semua baik-baik saja!" Beberapa pasang mata di dalam kelas mendelik ke arah pintu.

Zia terus membaca. Dari kalimatnya yang diulang setiap pagi, Zia tahu pemilik suara itu adalah Ryad.

"Selamat pagi dua tetangga depan bangkuku!" Ryad menyapa Zia dan Renata.

Zia membisu seperti biasa.

"Aku ulang tahun lho," celetuk Renata seolah melaporkan breaking news.

"Aku kan udah ngasih ucapan di Instagram." Ryad menimpali. "Eh, itu kok kuenya dianggurin."

"Eh, jangan! Itu punya Zia. Aku kan udah kasih kamu kue di Instagram."

Ryad tetap berusaha mengambil cheesecake di meja. Renata berusaha menahan tangan Ryad. Alhasil, cheesecake itu malah melayang dan mendarat ke sweater Zia yang menutupi seragamnya.

Beberapa bibir di kelas tersenyum, ada pula yang tak bisa menahan tawa.

"Heh! Nggak ada yang boleh ketawa! Kecuali mau belajar di ruang UKS hari ini!" Ryad langsung menghardik.

Segelintir siswa langsung keluar karena tak kuat menahan tawa. Ketimbang diam di kelas bisa panjang urusan.

Renata menyodorkan tissue kepada Zia. Buru-buru Zia mengambil tissue itu dan membersihkan sweater yang kotor di bagian dada.

"Sorry, ya, nggak sengaja," kata Renata.

"Alaaah pakai maaf segala. Salahnya dia diam di situ." Ryad duduk di bangkunya, di belakang Zia dan Renata. "Lagian cuma kena kue, bukan muntahan gajah."

Awal Ryad masuk ke kelas ini, sempat heran dengan pasangan sebangku di depannya. Zia yang selalu memakai sweater hitam amat sangat tertutup dan pendiam, sedangkan Renata yang kerap gonta-ganti warna rambut amat sangat bawel dan tak mau diam.

Belakangan, Ryad tahu bahwa mereka berteman sejak kelas 10 karena kejadian yang cukup unik.

Katanya, Zia sedang berjalan keluar gerbang sekolah hendak menunggu ojek online. Tiba-tiba melintas pengendara motor merampas tas Zia. Beberapa siswa berteriak maling. Hanya satu yang bereaksi mengejar motor itu.

Renata sudah di dalam mobil. Dia langsung menyuruh supir di sampingnya mengejar motor dan menabrakan mobil ke samping motor itu.

Motor pun oleng dan jatuh seketika. Dua penumpangnya jatuh pula. Satu terlontar. Satu lagi tertindih motor.

Renata langsung turun mengambil tas Zia dan kembali masuk mobil. Dia menyuruh supirnya kembali ke sekolah.

Renata kemudian memberikan tas Zia ke pemiliknya.

"Terima kasih."

Itulah kali pertama Renata mendengar suara Zia. Dipikirnya selama ini Zia bisu.

Sejak itulah Zia dan Renata berteman. Walaupun hubungan pertemanan mereka terlihat aneh di mata siswa lainnya.

Renata seperti yang merasa nyaman dengan Zia karena tak banyak omong dan tak peduli dengan apa yang dilakukan Renata. Seperti itulah teman yang dibutuhkan Renata. Dia sudah merasa bosan dengan orang yang mengusik kehidupannya. Apalagi saat semua melihat dia sering gonta-ganti mobil jemputan.

Zia sendiri sesungguhnya menyesali kejadian perampasan tasnya itu. Karena sejak itu dia merasa memiliki perasaan harus berbalas budi terhadap Renata. Tapi untunglah Renata tak menuntut banyak balas Budi darinya. Kecuali sesekali harus mau mendengar mulut bawelnya.

Bagi Ryad, gadis macam Renata kerap dia jumpai. Tapi tidak yang seperti Zia. Rasa penasarannya bertumpuk setelah beberapa hari masuk. Berulang kali dia mencoba mengusik Zia, tapi tak mempan. Bahkan Ryad juga sudah berusaha mendekati Zia lewat Renata.

Seperti ada rahasia besar yang disembunyikan dibalik tembok kuat kebisuannya.

Lihat selengkapnya