Zia tiba di depan sekolah yang mulai ramai. Secara otomatis dia melihat papan nama sekolah di pintu gerbang. Selain nama sekolah ada tulisan lain dengan ukuran huruf lebih kecil. Terbaca Yayasan Kejora Kirana.
Zia otomatis mengingat bayangan yang muncul dari pindaian memori Ibu Renata. Inikah yang dimaksud Kejora?
Sembari berpikir dalam diam, Zia memperhatikan rumah depan sekolah yang terpisah jalanan selebar sekitar 5 meter. Ini memang bukan jalan raya. Lebih mirip jalan komplek atau perkampungan. Jadi jaraknya cukup dekat dari bangunan seberang. Heran juga CCTV itu bisa mengarah hingga ke atap sekolah. Entah apa pertimbangan si pemasangnya.
Zia melangkah masuk ke halaman sekolah. Ternyata tak ada tanda apa pun di bekas tempat Renata ditemukan. Zia mengira akan ada gambar kapur atau tanda polisi di sana. Atau mungkin pihak sekolah tidak menghendakinya.
Beberapa pasang mata yang berpapasan dengan Zia seolah memberi semangat agar Zia tak lagi bersedih.
Masuk ke kelas, Zia melihat meja di sisi Renata diletakkan beberapa kuntum bunga harum.
"Sudah lebih baik?"
Zia kaget mendengar suara dari belakang. Bukan suara Ryad. Jam segini cowok itu tentu belum datang.
"Ya," jawab Zia singkat sambil menoleh ke arah Zio.
"Kalau kenapa-napa ngomong aja sama aku."
"Terus, kalau aku boleh nggak kalau kenapa-napa curhat sama kamu juga?" celetuk Mimi yang duduk di depan Zio.
"Memangnya kamu kenapa?" Zio menanggapi dengan balik bertanya.
"Aku tuh lagi naksir berat sama cowok baru di kelas. Cuman kayaknya dia naksir cewek yang lain. Aku harus gimana, dong?"
"Coba traktir cowok baru itu di restoran. Siapa tau dia berpaling, kan? Dan ..." Zio terdiam saat matanya menangkap sosok Ryad duduk di kursi belakang Zia.
Ryad saat masuk kelas sempat melihat Zia bicara dengan Zio. Ada perasaan tak suka kembali muncul terhadap Zio.
"Zia, kamu hapal nggak lipstik yang sering dipakai Renata?" Ryad menyodok punggung Zia dengan telunjuknya.
Zia menggeleng.
"Jawab dong, aku tahu kamu nggak bisu. Jangan cuman menggeleng."
"Nggak. Memang kenapa?"
"Tadi ada cewek kelas lain yang bilang nemu lipstik ini di wastafel toilet sekolah."
Zia otomatis menoleh. Dilihatnya sebatang lipstik yang sangat dihapalnya. "Iya, itu kayak punya Renata." Zia hendak mengambilnya, tapi dia ingat sewaktu Ryad mempermainkannya di depan sekolah tempo hari. "Dari siapa?"