☁✎✉
"Saya juga suka, apalagi lihat kamu tersenyum seperti tadi. Semoga kamu bisa tersenyum seperti itu setiap hari." —Akang 'tulang rusuk renggang'.
"Aku ngerasa semesta yang memintaku untuk jatuh, terus aku jatuh. Di ujung sana, yang aku lihat hanya terangnya cahaya dalam kegelapan, lalu di ujung jalan, aku sempat berpikir harus pergi ke mana? Akhirnya aku ada di tempat pertama kita bertemu."—Eneng arwah anak sekolahan.
✉✉✉✉✉✉
Hujan deras disertai angin bagai badai siang tadi telah mengantarkan langit berawan tebal itu pergi. Awan hitam tebal itu menghilang kala malam hari, langit gelap malam itu tersinari cahaya bulan penuh di atas sana dengan rupawannya. Bulan purnama pada minggu akhir di bulan Oktober ini katanya membukakan gerbang dunia nyata dengan dunia lain.
Dengan kata lain, Oktober ini akan kedatangan mereka dari dunia sebelah dengan tujuan yang entah apa kejelasannya. Dalam hal ini, bagi mereka yang normal bukanlah hal yang merepotkan, tetapi bagi orang-orang normal lainnya yang memiliki kondisi 'spesial' akan dibuat kewalahan jika tidak dibekali energi yang kuat.
SpoOctober adalah pagelaran yang perdana yang bisa Kiki hadiri tahun ini. Sebuah pagelaran seperti halnya pasar malam yang menyediakan banyak wahana dan tempat serta kulinernya selama pagelaran yang mengusung tema: makhluk dan dunia gaib. Mengetahui pegelaran ini karena seseorang telah mengumbar acara yang khusus hanya pada bulan Oktober tiap tahunnya.
Seseorang itu adalah Hansel Pramoedya si anak nelusur dunia malam, si anak terkenal di dunia maya karena visual dan kemampuan istimewanya. Singkat kata, sebut saja Hansel Pramoedya ini si mediator hantu, dan yang paling terkenal dari seorang Hansel adalah anak-anak Eropa pada masa Hindia-Belanda yang katanya berteman baik dengan si Hansel, yang mana mereka adalah makhluk halus.
Kiki sudah bersiap. Pergi bersama teman-temannya ke acara Oktober-an malam ini di pusat kota. Katanya, Kalva yang mengajak setelah acara mati listrik di kelas kapan hari. Sebuah nama terlintas dalam ingatannya, tersenyum dengan tipis sambil menatap pantulan diri dari cermin kamarnya. Kiki teringat momen kemarin sore di bubungan atap sekolah.
Sore itu, saat kembali menunggu Wisnu yang sedang rapat organisasi. Dengan sedikit berani, Kiki berkeliling sendirian dengan tujuan menuju bubungan atap gedung paling barat di sekolah, gedung 2A. Kiki menunggu Wisnu karena mereka ada tugas kelompok bersama Niki juga, tetapi laki-laki itu memilih untuk pulang lebih dulu.