Hati yang patah;
seiring berjalannya waktu akan membaik.
I'll never leave you alone.
I'll cross the long night.
Far away. Runaway.
┈────────────── ೄྀ࿐ ˊˎ-
"Temanya doang halloween, aslinya suruh peserta buat uji nyali ini mah. Gua mending nonton sinetron bareng Mamak di rumah, dah!" Rafa mengeluh sebab kejadian janggal sebelumnya.
"Sabar, Raf." Doni menepuk bahu Rafa dari belakang. "Yok, bisa, yok!"
Di belakang, Kiki berjalan dengan langkah gemetar. Ia memegangi lehernya sambil sesekali menghirup udara. Tiba-tiba udara di sebelah sini pengap, ia juga merasakan energi lain yang berbeda dengan energi dari dua arwah sebelumnya. Energi yang besar dan gelap, sudah dapat dipastikan jika hal ini tidaklah baik dan tentunya negatif.
"Loh, kok ini lorong yang sama kayak sebelumnya, ya? Gua udah tandain tempat ini sebelumnya," ujar Kalva tiba-tiba panik.
Meski lirih, terdengar jika Ramdani mendesis kesal. Kelihatannya laki-laki itu dibuat frustrasi. Walaupun begitu, Ramdani tetap tenang dan memfokuskan diri untuk tidak panik, ia belajar dari kejadian sebelumnya saat di sekolah.
"Kita tinggal datengin pos terakhir, kan?" ucap Yuma. "Seinget gua, kita udah lewatin tiga, yang terakhir itu penjaga yang berdua. Peta letaknya gimana coba? Bener nggak sih lo tunjukkin jalan buat kita, Va?" Tiba-tiba menyalahkan Kalva karena diduga tidak kompeten membaca peta.
"Sembarangan lo ngomong! Gua beneran tunjukkin dengan benar, kok. Kalo lo nggak percaya sama gua, sini gantiin gua buat tunjukkin jalan, Yuma!"
Tanpa banyak kata, Yuma berjalan maju. "Ayo, siapa takut!" Menantang.
Kalva berdecih dan menatap tajam Yuma. "Gua bakalan kasih tanda kalo semisal kita tersesat lagi, ya, Sat!"
"Heh, congormu, Bung!" peringat Rafa, "Kondisikanlah, tahan amarahmu kawan."
Kembali ke belakang, Kiki sudah sering berhenti untuk mengatur napasnya. Bahkan hanya satu-dua langkah, Kiki merasa semakin sesak. "Nggak bisa, saya nggak bisa lanjutin ini."
"Di sini terlalu pengap dan bahaya, tapi gimana sama mereka?"
"Kayaknya kamu bener, Ki," sahut Rara. "Aku ngerasa ada sesuatu di area ini. Kamu udah tertinggal di belakang teman-teman kamu, gimana dong? Kamu kayak waktu itu di sekolah, kamu kenapa-kenapa ini." Perempuan ini panik.
Kiki memejamkan matanya dan kembali memantapkan diri untuk tetap melangkah maju. "Nggak, saya harus bisa! Teman-teman saya harus kembali, saya harus bawa mereka ke jalur yang benar. Bisa berbahaya."
Tanpa perintah, Rara merangkul Kiki. "Ayo, aku bantu kamu jalan. Kalo capek dan sesak banget bilang, ya. Kita berhenti dulu. Lagi pula mereka nggak begitu jauh kok."
Suasananya semakin mencekam saat mereka melanjutkan langkah, di baris awal ada Yuma dan peta letak beserta lampu dari ponsel. Semakin masuk dan berbelok sesuai arah, semakin gelap ruangan, semakin dingin udaranya. Namun, terkadang mereka merasa panas. Entahlah, terkadang panas, terkadang pula dingin yang bikin merinding. Kira-kira kenapa itu?
"Nggak bener!" seru Yuma. "Kita harus balik ke belakang daripada kejadian yang buruk. Ayo, berbalik dan kasih ini ke si Asep. Gua nggak mau lanjut, ayo cepetan!"
Sebenarnya, Yuma cukup peka untuk orang normal pada umumnya. Saat langkahnya menjadi yang paling terdepan, Yuma menyadari jika bahunya berat dan seolah mendapatkan pesan yang memintanya untuk tidak melanjutkan langkah.
Namun, Yuma dan tekadnya ingin menelusuri jalanan lorong ini supaya lekas bertemu dengan pos terakhir. Meski begitu, mereka harus mendapatkan kunci itu terlebih dahulu sebelum keluar dari ruangan gelap ini. Karena misi adalah tantangan, bukan tentang tantangan Kalva lagi, tetapi tantangan agar keluar dengan selamat dari labirin sialan ini.
Labirin macam apa yang rumit begini di dalam areal kafe?