Enigmatic Soul

Nanas-imnida
Chapter #29

Bagian 7: Odd Spirits Bagian Enam

☁✎✉


Perasaan gembira tergambar jelas dari sorot matanya, tetapi tidak dapat dipungkiri jika saat ini tubuhnya menegang dengan sambil memasang raut terkejut. Tidak ada hal yang tidak mungkin di dunia ini, kecuali atas kehendak-Nya. Maka, ia bisa meyakini jika apa yang telah dilihatnya hari ini, detik ini adalah memang sebuah kenyataan.

Gadis itu mematung. Sementara gadis lainnya terdiam dengan langkah berjalan mundur. Mereka seakan dipertemukan secara tidak sengaja, memang kenyataannya mereka bertemu secara tidak sengaja, sih. Akan tetapi, gadis berambut pendek itu dibuat terkejut bukan main saat hendak melewati kerumunan sampai terpental ke belakang ketika hendak melewati para manusia.

Begitu ia tersadar jika manusia yang hendak ia tembus itu malah membuatnya terpental ke belakang, mereka saling bersitatap cukup lama. Keduanya memasang reaksi yang tidak jauh beda, sama-sama terkejut.

"Lo—" katanya terbata-bata.

"Maaf, maaf. Jangan takut, aku nggak bermaksud rasuki tubuh kamu, kok!"

Gadis dengan rambut panjang dan wajah congkaknya itu segera mengeraskan ekspresi wajahnya. "Pergi!" usirnya penuh dengan penekanan. Napasnya tercekat, ia terlihat sangat panik sekarang.

"Harusnya pakai kekuatan menghilang aja nggak sih tadi?" Tiba-tiba menggerutu penuh penyesalan dan segera menghilang.

"Mbak, cepetan jalan, dong! Ini serem banget di belakang, hantunya ngikutin saya, nih!" Seorang laki-laki yang ada di belakangnya berbicara dengan sedikit marah, nada bicaranya meninggi.

"Maaf."

Lalu, barisan itu kembali berlanjut.

"Dia ... kenapa dia kayak gitu? Apa dia nggak inget siapa gue? Dia beneran udah mati? Kapan dia mati?" Ia tersenyum, tetapi wajahnya masih tegang. "Jadi, gue menang?" ujarnya.

"Ayo, Akang dan Teteh. Ayo, cepetan ini darurat. Silakan segera keluar lewat sini!" Seorang pemandu datang dengan pakaian ala Anabele menggiring pengunjung untuk melewati lorong yang langsung masuk ke area kafetaria.

Di sisi lain, tim dari Hansel tengah bersitegang dalam mediasi yang intens. Katanya, ada satu sosok dengan kekuatan negatif tengah merasuki tubuh seorang anak laki-laki.

Sosok itu memanggil semua makhluk yang kini sudah berada di berbagai tempat di dalam kafe. Sontak saja, Hansel dan timnya merasakan aura tidak menyenangkan sejak bermediasi dengan sosok yang menjaga tanah ini. Hansel dan timnya segera membubarkan wahana kecil yang mereka sediakan untuk menarik minat pengunjung pada malam Halloween ini.

Gadis itu tertawa khas setelah beberapa saat terdiam. Gadis itu yang tertawa, tetapi Hansel yang dibuat panik.

"Sel, cewek lo, tuh!" ledeknya. Seorang laki-laki yang mengenakan jubah dan hiasan ala vampir, orang-orang mengenalnya dengan sebutan Mamang, padahal namanya keren, Rangga.

"Diem!" peringat Hansel kepada sosok yang ada di dalam tubuh gadis itu, perlukah Hansel sebut sebagai gadisnya, meski yang ada di dalam tubuh itu bukan sepenuhnya jiwa milik si gadis?

Hansel berdecak keras saat sosok itu malah membuat tawa nyaring menjadi rintihan kesakitan, sepertinya sakit hati?

"Dien, sadar!" kata Hansel dengan lembut. Hansel menetralkan raut wajahnya yang semula marah menjadi tatapan memelas.

Tangannya menggapai kepala gadis itu, mengusap bagian belakang dengan lembut. "Dien, gua tau lo bisa. Ayo sadar, lawan aja nggak usah takut sama dedemit ini!"

"Saha nu dedemit?"* sahut sosok itu menggunakan suara gadis pemilik tubuh, Andien. Tiba-tiba rintihannya menjadi tawa menggelegar. "Urang butuh getih, bere getih atuh saeutik weh, saeutik."*

Sosok yang menjijikan ternyata. Hansel mengeraskan rahangnya, seringaian terbit di wajahnya. "Getih? Eta getih didinya loba. Ngucur kitu,"* tunjuknya.

"Hayang getih si Eneng ieu atuh, si Eneng keur getihan yeuh. Bae, nya?"* Tertawa lagi, tawanya lepas seakan benar-benar berbahagia. Matanya terbuka dan melotot menatap ke arah Hansel. Senyuman lebar itu seakan menjabarkan kondisi wajahnya yang sesungguhnya. Sosok ini tertawa dengan mulut terbuka lebar, sesekali ia menjilat-jilat udara saking inginkan darah.

"Kaluar siah!" Hansel mendorong dahi gadis itu sampai mendongak ke belakang, bahkan tubuh gadis itu tiba-tiba lemas dan nyaris jatuh.

Lihat selengkapnya