Bahkan dalam mimpiku,
aku nggak bisa nemuin jawabannya.
Kayaknya memang begitu,
begitu menyakitkan.꒦꒷꒦꒷꒦꒷꒦꒷
┈────────────── ೄྀ࿐ ˊˎ-
Kamis, 4 November
[Abimanyu]
Kak, semalem nggak jadi ke sini?
Kak, Adisti nggak jadi nyerah. Makasih, ya, udah coba hibur Abim :)
Kak, ayo ke sini dan lihat betapa bahagianya Abim sekarang, hehe
Kak, baik-baik aja, kan?
Hari ini
[Saya]
Syukurlah. Udah saya bilang jangan berpikiran buruk dulu
Doakan yang terbaik dan ucapkan hal-hal baik.
Maaf hari itu saya dapat telepon kalo kakak saya kecelakaan
Saya ada di ugd rumah sakit semalaman.
Maaf gak sempet kabarin kamu, ya. :)
Saya baik-baik aja, kakak saya yang nggak baik-baik aja
Tangan kanan dia patah, kepalanya kena benturan cukup keras.
Ayo ketemu, saya lagi perjalanan ke rumah sakit.
[Abimanyu]
Innalillahi, :(
Kalo gitu ayo ketemu
Eh, di mana, nih? Ruangannya. Mau dibawain apaan? Hehe
[Saya]
Oke.
Gak usah bawa apa-apa, makasih. Lima menitan lagi saya sampe rumah sakit.
Sejak dua hari lalu, Kiki tidak mengecek ponselnya sama sekali. Ia sibuk menjaga kakaknya yang masih dirawat inap meski di UGD. Dokter mengatakan jika luka patah di tangannya cukup serius, selain itu benturan di kepalanya juga membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit.
Kiki juga kehilangan gadis itu.
Ketika di sekolah, ia berharap bisa bertemu kembali dan meminta maaf perihal malam itu. Namun, gadis itu tidak ada di manapun di sekolah, bahkan tempat yang biasanya terdapat anak-anak Eropa itu, tidak ada kehadiran gadis itu.
Sebenarnya, Kiki merasa lega walau ia sedikit menyesal juga entah karena apa. Kiki mulai peduli setelah tahu bagaimana kehidupan gadis itu dahulu kala. Kiki bimbang.
Bus terhenti di halte depan persimpangan jalan.