Enigmatic Soul

Nanas-imnida
Chapter #35

Bagian 9: Pemungkas Bagian Dua


Senja berlalu lebih cepat, bahkan terlalu cepat seakan hanya menyisakan satu detik untuk momen mendebarkan yang sialnya menyenangkan hatinya. Bahkan baru beberapa saat lalu ia melihat senyuman lebar yang menawan di matanya, senyuman yang membuat mata kelamnya berwarna dalam cahaya senja beberapa saat lalu.

Senyuman itu membuat jantungnya berpacu.

Seakan baru terjadi sedetik lalu, Kiki melihat senyuman lebar tidak biasa dari gadis itu. Suara tawanya yang merdu, dan setiap ucapannya terlintas memenuhi isi kepalanya. Kiki menyukai senyuman dan suara merdu itu, wajahnya yang rupawan meski pucat kesi dengan mata lelah itu, meski wujudnya tak terlihat orang lain.

Meski begitu, bukankah seharusnya semesta memberikan sedikit waktu untuk Kiki agar mengungkapkan sesuatu kepada gadis itu?

Agar suratan hatinya tersampaikan secara langsung kepada tujuan yang tepat tanpa perantara.

Senja benar-benar terbenam di kegelapan malam. Sayangnya, bulan dan bintang tidak tampak di langit sana. Bulan yang bercahaya beberapa hari lalu itu tidak ada di hari seperti ini. Perpisahan yang tiba-tiba itu tidak bisa dijabarkan melalui kata. Rasanya juga tidak keruan.

Kenapa penyesalan selalu tiba di saat-saat terakhir?

"Kak!" panggilnya. "Ayo, masuk udah magrib. Abim nggak mau tiba-tiba lihat sosok cewek baju putih rambut gimbal, ya!" Ia tersenyum miring sambil memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku celana. Mengenakan kaos hitam-putih bergaris yang tampak kebesaran di tubuhnya. Lesung pipinya tampak menawan, senyumannya perlahan merekah.

Kiki melihat senyuman itu sekilas mirip dengan seseorang. Sialnya, mengingat senyuman itu membuat dadanya sakit, apakah Kiki benar-benar jatuh hati kepada sosok gadis itu?

Jika memang iya, bukankah ini tidak adil karena dirinya harus memendam perasaan ini sendirian sementara gadis itu menghilang begitu saja?

Dasar jurig!

Tolong katakan jika kepergian gadis itu hanya dibuat-buat. Apakah gadis itu mengusilinya lagi seperti waktu itu?

Apakah gadis itu akan mengelabuinya lagi dengan cara menghilang dan tiba-tiba kembali di tubuh Fanya seperti hari itu?

Bukankah akan begitu?

Kiki menghela napas panjang. Perlahan ia merekahkan senyuman. "Em, iya. Ada satu di samping kamu, tuh!" Kiki tertawa renyah sambil terus berjalan menjauh dari area taman belakang.

Kiki melirik ke belakang, melirik ke arah kursi taman. "Harusnya saya katakan hal ini lebih awal," katanya di dalam hati, bermonolog.

"Sayangnya, kamu menghilang begitu saja. Terima kasih sudah hadir dalam hidup saya, Ra. Saya rasa, hati saya jatuh kepada orang yang salah lagi. Saya rasa kali ini akan sulit bagi saya untuk melupakan perasaan emosional ini.

"Dibandingkan dengan Neng Aya, bersama kamu membuat dada saya berdebar lebih cepat daripada ketika saya dengan sahabat kecil saya itu." Kiki menarik napas panjang. Kembali melanjutkan langkahnya.

☁✎✉

Hari ini ujian semester telah usai. Sekolah sepakat mengadakan pekan olahraga untuk menghilangkan stres pasca-ujian. Waktu bersenang-senang antar murid yang meningkatkan hormon bahagia bagi setiap anak remaja.

"Ah, sialan si Adit! Kenapa harus cepuin itu sih?" Tiba-tiba Niki masuk ke dalam kelas sambil marah-marah. Matanya menatap dengan sorot tajam. "Sep, ayo ke lapangan. Kalahin timnya si Adit. Oto-3 harus juara kali ini!"

"Ohoi!" seru Ramdani sambil terkekeh kegirangan. "Tumben lo semangat, Ki? Ada apa gerangan, nih?" Ia nimbrung saja dengan Kiki dan Niki yang duduk di kursinya masing-masing.

Niki mendelik kesal. Berusaha untuk tidak menggubris ketua kelasnya yang super menyebalkan itu. "Sep, lo tau, kan? Si Adit mulutnya lemes banget kayak cewek, cepu anjir!"

Lihat selengkapnya