Enigmatic Soul

Nanas-imnida
Chapter #36

Bagian 9: Pemungkas Bagian Tiga


Déjà vu, kata itu terlintas dalam pikirannya. Helaan napas pelan itu terdengar panjang. Pada akhirnya, ia kembali melanjutkan langkah yang terjeda.

Dia mencoba untuk menghabiskan waktu sendirian dengan berkeliling kota. Salah satu tujuannya setelah libur semester dimulai adalah alun-alun Kota.

Sejenak, Kiki berpikir mengenai bayangan yang tidak asing barusan.

Bayangan yang terasa seperti kenangan, padahal baru pertama kalinya pergi ke sebuah tempat, déjà vu.

Bayangan itu terasa benar-benar seperti potongan puzle dari adegan mimpi lama, bagi Kiki, karena seakan-akan pandangannya kabur akibat cahaya putih di sekitarnya.

Padahal hari ini memang begitu cerah. Jadi matanya yang kecil ini memicing karena kepanasan.

Isi bayangan déjà vu itu adalah sebuah keramaian di sekitar Jalan Otista, Pasar Baru.

Bayangan yang disertai perasaan kagum dan bahagia bersatu padu, membuat Kiki bergeming di tengah ramainya pengguna jalan trotoar ini.

"Apa karena saya kangen Ambu yang sering ceritain jalanan ini, ya? Saya jadi ngerasa senang ada di tempat yang sering Ambu ceritain?" Menggumam sambil menatap setiap jengkal tempat yang masih khas dengan bangunan lama ini.

Mengamati para pedagang yang dominan menggelar dagangannya di atas jalanan trotoar.

Kiki hendak pergi ke jalan raya utama, ia akan pergi ke Braga menaiki bus. Tentu saja setelah puas mengamati sekitaran Masjid Agung Bandung.

Berkeliling menyusuri jalanan yang penuh dan ramai tanpa takut tersesat meski beberapa kali ia melakukannya, tersesat dan kembali ke jalan yang sama setelah salah berbelok.

Tak mengapa, menjadi sebuah kisah tak terlupakan.

Kata Ambu, "Jalanan di Bandung itu lieur. Bercabang dan mau lewat sini tuh nyambung sama jalan itu juga. Nama-nama jalannya beragam, ada Jl. Riau, Jl. Dipatiukur, Jl. Sriwijaya, Jl. Buah Batu, Jl. Braga, Jl. Cihampelas ...."

Pokoknya ada banyak lagi kata Ambu.

"Kalo mau tau, keliling Kota pake motor atau mobil sendiri. Kalo bisa, sih, jalan kaki. Soalnya kalo mau tau seluk-beluk jalanan di Bandung, ya, harus dinikmati kayak gitu. Kalo pake angkot, nanti nggak begitu ngerti jalanan Bandung jadinya."

Walau Kiki tidak begitu mengerti ucapan Ambu saat itu, tetapi kini akhirnya ia paham.

Kota Bandung itu luas, jadi, mau lewat manapun pasti akan terhubung satu sama lain. Kesimpulannya seperti itu.

Kiki berjalan pelan, tiba-tiba merasakan getaran dari balik saku jaketnya. Ada sebuah panggilan dari seseorang yang akan ditemuinya hari ini juga, pada waktu ini.

Namun, Kiki sengaja mengulur waktunya agar bisa menikmati waktu sendirian dan pergi ke tempat yang penuh dengan keramaian di sekitar jalan ini.

"Ya?" balas Kiki.

"Lama banget, mau sekalian dijemput aja?"

Kiki terdiam sesaat, ia tengah fokus untuk menyeberang jalan. Halte ada di seberang jalan. "Nggak usah, saya naik bus."

"Emangnya ke mana dulu, sih?"

"Cari hantu," balas Kiki dengan santai, diakhiri dengan kekehan.

Di seberang sana tidak terdengar apa-apa, mungkin kaget?

Namun, pada akhirnya dengan mendesak Kiki, "Buruan, dong, keburu edisi terbatasnya habis, nih!" Panggilan pun berakhir.

Bus tiba, Kiki segera memasangkan benda terpentingnya ketika hendak berdesak-desakan di muka umum, earpods miliknya.

Setelah menekan ikon mulai dari aplikasi logo merah itu, seperti logo YouTube. Kemudian, musik dengan tajuk "Darari Remix" itu menggema di telinganya.

Lihat selengkapnya