Part 1
Someone From The Past
🎶 IF YOU IF YOU
ajik neomu neutji anhatdamyeon
uri dasi doragal suneun eopseulkka
IF YOU IF YOU
neodo nawa gachi himdeuldamyeon
uri jogeum swipge gal suneun eopseulkka
isseul ttae jalhal geol geuraesseo 🎶
(IF YOU IF YOU
If it's not too late
Can't we get back together?
IF YOU IF YOU
If you're struggling like I am
Can't we make things a little easier?
I should've treated you better when I had you)
💖💖💖
Lagu Bigbang yang sengaja distel bartender masih mengalun lembut memenuhi pendengarannya. Sementara lelaki itu masih duduk mematung di depan counter dengan segelas wine yang hampir tandas.
Pandangannya menerawang jauh menembus batas-batas yang tidak bisa tersekat oleh pikiran dan imajinasinya. Raganya ada di sini, tapi tidak dengan jiwanya.
Bahkan ia sendiri sangsi, apakah dirinya masih memiliki jiwa setelah sembilan tahun lalu seseorang telah membawanya paksa?
Gadis kecil itu. Ya, gadis kecil yang sekarang telah tumbuh dewasa, muncul dari masa lalu. Ketika dulu ia terpaksa meninggalkannya, ternyata gadis itu juga meninggalkan ruang kosong dalam jiwanya.
Ia bukan hanya pergi membawa segala sesuatu yang ada pada tubuhnya saja, tapi juga merenggut paksa seluruh kenangan dan separuh napas hidupnya. Sesuatu yang dulu tak disadarinya, kini berbalik menyiksa jiwa raganya tanpa ampun!
Setelah pertemuan tanpa sengaja di sebuah perusahaan tempat ia hendak menanam investasi, dalam otaknya kembali berputar bayangan-bayangan tentang kenangan indah sekaligus pahit yang belum juga mampu dilupakannya hingga saat ini.
Teringat ketika sepuluh tahun lalu seorang gadis kecil menunggu di depan rumahnya dalam rinai hujan deras menjelang tengah malam. Tubuhnya telah menggigil dengan mulut pucat kebiruan. Tangannya mendekap tas di depan dada sambil menunduk dan menggoyang-goyangkan kaki menendang titik-titik air yang berjatuhan di depannya dengan putus asa.
Ketika melihat cahaya dari lampu mobil mendekatinya, seketika tubuhnya bergerak lemah dengan kaki terseret untuk berdiri di depan mobil yang sedang ditumpangi lelaki itu. Matanya memejam erat dengan tangan terentang ke samping, menegaskan bahwa ia telah pasrah pada apa pun yang terjadi. Untung, sang sopir dengan sigap menginjak pedal rem dalam-dalam hingga tak perlu ada tragedi yang terjadi.
Belum juga lelaki itu sadar sepenuhnya, kaca pintu mobilnya telah diketuk tergesa menimbulkan detakan yang sama kerasnya dengan detakan dalam dadanya. Sopir yang duduk di sampingnya dengan sigap keluar dari mobil, menyeret paksa gadis itu untuk menjauh.
Namun matanya yang sempat bersitatap dengan miliknya, menangkap getaran halus yang entah sejak kapan menimbulkan rasa iba dalam hatinya.