Sebuah pangkalan luar angkasa sedang buang sauh di atas orbit exoplanet yang baru ditemukan.
Korporasi mengirim misi penelitian di planet yang telah diberi nama Bawana925 setelah ditemukan kandungan berbagai jenis tambang yang melimpah untuk eksplorasi ruang angkasa.
Di stasiun luar angkasa yang bernama Lazuardi ini disediakan sebuah aula untuk awak melakukan kegiatan fitnes. Ada lapangan bola basket. Ada meja pingpong. Bahkan yang berkumpul mengelilingi dua orang yang bermain catur, seperti saat itu.
Orang-orang yang berada di ruangan besar ini adalah kru yang off.
Tampak dua orang saling berpikir keras dan menatap tajam papan catur di atas sebuah meja.
Orang-orang yang duduk di bangku dan yang berdiri ikut memikirkan langkah bidak-bidak di benaknya masing-masing.
"Wah sulit!" Ujar salah seorang penonton sambil menggeleng-gelengkan kepala. Turut menanggung beban posisi.
"Nggak, masih bisa!" Timpal yang lain yang sama-sama menatap tajam bidak-bidak di atas papan catur itu. "Asal hitam berani mengorbankan Mentri!"
"Hm!" Dengus nafas Letnan Edin yang merasa serba salah dihembuskan keras seolah-olah membuang beban di otaknya melihat rajanya diancam lawan."
Dia duduk dengan badan tegak sambil kedua tangan bersidakep.
Sementara lawannya Sersan Binsar, navigator, bertopang dagu di atas meja. Dia tidak peduli dengan lingkungannya. Air mukanya keras dan fokus pada permainan.
Pada saat itu terdengar sebuah panggilan melalui pengeras suara.
"Panggilan kepada Letnan Edin Jenanda, ditunggu di hanggar dan bersiap turun ke Bawana925 untuk rescue tim perintis."
Mendengar panggilan itu tampak sekali seruan yang sama-sama kecewa dari pemain dan penonton.
"Wah sayang, permainan harus kita tunda," keluh Letnan Edin Jenanda.
"Letnan, anda harus selesaikan yang lagi diskak." Sungut Binsar. "Aku akan simpan posisi ini sampai bapak kembali. Baru kali ini aku punya peluang menang melawanmu."
Letnan Edin tertawa senang mendengar hal itu. Permainan catur buat mereka hiburan yang tidak ada duanya.
"Jangan mimpi ya," sahut Edin percaya diri.
Mendengar hal itu Binsar hanya bisa tersenyum kecut.
Edin bangkit dari duduk lalu sejenak melemaskan otot-otot badannya.
"Bagaimana permainan sersan Dodo?" Tanya Binsar. "Dia legenda. Pernah main lawan dia?"
"Imbanglah lawan dia," jawab Edin. 'Tapi memang dia lebih sering menang lawanku."
"Bawa dia pulang dengan selamat. Sudah ada tiga minggu regunya hilang kontak." Pinta sersan Binsar. "Aku ingin lihat kalian tanding."
"Siap!" Sahut Edin yang bergegas pergi.
Kru yang sedang off memang bebas tugas tetapi bila sewaktu-waktu dibutuhkan tentu harus siap. Maka Letnan Edin pun bergegas masuk kamar lift untuk mempersingkat waktu menuju hanggar.
Ketika Letda Edin tiba, personil regunya sedang bersiap pula dan berkemas.
Regu ini berjumlah 13 orang termasuk dirinya sebagai komandan. Ada 2 Bintara berpangkat Sersan dalam regu ini dan dua orang sebagai pilot dan co-pilot tidak ada di situ karena sudah berada di pesawat.
Sebagai pasukan khusus mereka telah mendapatkan perintah sebelumnya sehingga telah bersiap pada waktunya seperti sekarang.
Dan hanya dalam hitungan menit mereka telah mengenakan pakaian luar angkasa.
Lalu sambil menenteng helm fullface, mereka pergi berjalan kaki menuju tempat pesawat ditambat.
Di hanggar ada dua buah pesawat ulang-alik.
Regu meniti anak tangga satu persatu memasuki salah satu pesawat ulang-alik dengan lambung kapal bertuliskan UFUK01 yang mesinnya telah dinyalakan.
Di dalam kabin mereka menuju ke ruang operasional masing-masing. Sementara Letda Edin yang menjadi komandan mengambil tempat duduk di belakang dua orang pilot.
Beberapa saat kemudian UFUK01 telah ke luar dari stasiun luar angkasa.
Pesawat oleh pilot dan co-pilot diarahkan memasuki atmosfir planet di bawah orbit stasiun.
Atmosfir Bawana925 berkilauan biru ditimpa panas cahaya radiasi dari matahari.
Atmosfir menyala tanpa disentuh oleh api.
Sementara seluruh angkasa gelap gulita dan hanya dihiasi oleh taburan bintang-bintang yang bersinar cemerlang.
Kini UFUK01 sudah memasuki atmosfir Buana925. Cuaca cerah untuk melakukan penerbangan di planet yang masih asing.
Lalu mereka mendaratkan pesawat di kordinator tujuan. Tempat mereka mendarat persis di sebelah sebuah pesawat yang telah diidentifikasi sebagai pesawat Perintis01.
Bergegas awak pesawat mengambil persenjataan dan perlengkapan lainnya di loker masing-masing.
Mereka sudah tahu oksigen dan tekanan udara mirip di bumi sehingga kaca helm dibuka dan mematikan fungsi aliran oksigen.
Pasukan turun menggunakan lift pada poros yang berfungsi sebagai tempat mesin utama.
Setelah memastikan aman untuk awak menginjak kaki di tanah Buana925, pilot membuka Palka.
Pintu yang berfungsi sebagai media ke luar dan masuk awal hanya ada satu dan letaknya di bagian paling bawah pesawat.
Tetapi pasukan khusus ini tidak perlu menundukkan kepala sebab ketinggian bagian paling bawah berada 10 meter di atas tanah.
Ketika berada di luar komandan memerintahkan tiga orang memeriksa pesawat Perintis01. Sementara pilot dan co-pilot tetap di dalam pesawat dan menjaga hubungan komunikasi dengan Lazuardi.