"Seingatku ada baju di ruang olahraga, banyak yang ninggalin bajunya di loker sana."
Bulan menarik tangannya pelan. Tubuhnya basah kuyup serta bau, tak habis pikir Bulan. Anak baru itu mendapat perlakuan khusus di minggu pertama kepindahannya. Bulan meraba loker-loker di ruang ganti olahraga. Berhenti di loker paling ujung, lalu membukanya. Kaos olahraga wanita bertumpuk di sana.
"Ambil aja, yang sesuai sama ukuran kamu."
Ia mengangguk pelan, mulai mencari ukuran baju yang sesuai.
"Maaf ya, perlakuan temen-temenku keterlaluan"
Gadis itu menatap Bulan, mengeryitkan jarinya. Mulai menggaris aksara di selembar kertas, memberikannya pada Bulan.
"Udah biasa"
"Namaku Bulan, namamu siapa?"
Ia menulis lagi, "Lyan."
Bulan tersenyum, "Ayo berteman!"
...
"Dia bisu ya?" bisik salah seorang murid.
"Iya kayaknya."
"Perkenalan kok ditulis."
Lyan tetap memasang senyumannya. Tak mengidahkan bisikan yang sedikit demi sedikit menyeringai di gendang telinganya. Ini kehidupan barunya, mungkin mereka hanya menggunjing, tak akan se bringas teman-teman lamanya di Jakarta yang bermain fisik padanya.
"Kamu boleh duduk di sana Lyan. Kita sambung pelajaran mengenai klasifikasi arthropoda, buka halaman 90!"
Ada satu bangku yang kosong di sana. Di sebelah kiri seorang gadis, rambutnya dikuncir satu, pipinya agak tembam, bibirnya seranum buah peach, tapi pandangannya terlihat kosong. Ia mulai meraba bukunya, mengikuti intruksi dari Bu Titin. Lyan menarik bangku itu, lalu duduk.
Ia menulis sesuatu di kertas, menyodorkan kertas itu pada teman sebangkunya. Kertas itu tak kunjung diambil, dibiarkan tertiup angin, hilang dari atas meja. Ia diam-diam menatap sepasang mata itu, memperhatikannya dalam-dalam. Fokus nya pecah saat teman di sebelahnya mencolek bahunya. Merentangkan kertas yang sudah dipenuhi abjad.