Teeett...teettt...tetttt
Bel pulang sekolah berbunyi. Suara yang selalu dinantikan oleh murid-murid yang sudah merindukan rumahnya untuk pulang. Tapi tidak dengan Falisha. Ia memilih menghabiskan waktunya ditaman kota untuk sekedar duduk santai atau pergi ke suatu tempat yang bisa ia katakan 'tempat pulang', yang memberikan dirinya kenyamanan lebih daripada rumah yang dianggap tempat pulang untuk sebagian besar orang.
"Sha, mau jalan-jalan ga?" tawar Okta pada Falisha.
Ya, Okta tahu, Falisha selalu tidak langsung pulang ke rumah sehabis pulang sekolah. Gadis itu akan pulang ke rumah ketika matahari sudah pulang ke pelukan langit. Sudah menjadi kebiasaan Falisha dalam hal menghabiskan waktu diluar rumah.
"Kemana?"
"Ya, mall atau mungkin ke toko buku, atau ke supermarket?"
"Oke boleh, ke toko buku aja, Ta."
Mereka berjalan beriringan menuju parkiran. Okta selalu membawa kendaraan pribadi ke sekolah sedangkan Falisha selalu ke sekolah menggunakan angkutan umum, bukan karena dia tidak punya kendaraan pribadi, namun ia lebih suka menggunakan kendaraan umum selain ia bisa leluasa dan tidak perlu mencari lahan parkir, dia juga malas untuk berangkat lebih pagi agar tidak terjebak macet.
Bersama Okta, Falisha merasa lebih terbuka. Sepanjang perjalanan menuju ke toko buku mereka bercanda dan asik bercerita.
"Eh Sha, tau ga di angkatan kita ada anak baru tau."
"Ohh."
"Ihh, kok cuma 'Ohh' doang sih Sha."
"Terus gue harus gimana Okta?" tanya Falisha gemas.
"Ya, tanya cowo apa cewe Ta? kelas mana Ta? dia orang yang mana Ta? gitu kek, singkat amat, 'Ohh' doang."
"Yaudah jelasih satu-satu dari pertanyaan yang lo sebutin barusan."
"Hadeehh, Yaudah deh. Jadi dia itu, tadi gue denger dari anak-anak, dia cowo terus masuk ke kelas XI-MIPA 3 orangnya ganteng, kece, tapi cuek parah kalo sama cewe."
Falisha menganggukkan kepala tanda mengerti dengan yang dijelaskan oleh Okta. "Terus?" sambung Falisha.
"Namanya kalo ga salah denger Kevin, Sha," jelas Okta yang kemudian dibalas Falisha dengan ber-oh ria. Falisha tidak terlalu tertarik dengan teman-teman cowo nya. Bukan karena Falisha anti dengan cowo, tapi dirinya lebih nyaman untuk berteman dengan anak-anak cewe. Ia bahkan hanya mengenal 1 sampai 2 orang cowo di kelasnya padahal ada sekitar 10 cowo dikelasnya, itupun karena mereka pernah satu kelompok dengan Falisha.
"Ga asik banget sih lo Sha, masa cuma dibales oh oh doang."
Falisha hanya diam. Menatap ke luar jendela mobil Okta. Mendengar nama Kevin, ia teringat masa kecilnya. Namun, segera ia buang jauh-jauh pikiran itu karena ia tidak mau mengingat lebih jauh tentang masa kecilnya. Masa kecil yang terlalu bahagia untuk dikenang di masa remaja yang kurang bahagia dalam kehidupan Falisha.
*****
"Ta, bagus buku yang ini apa yang itu, ya?" tanya Falisha kepada Okta sambil mengangkat dua buah buku yang berbeda.