Malam itu Falisha melakukan kebiasaan yang hampir ia lakukan setiap hari. Ya, dia menulis kejadian yang dialaminya selama satu hari tadi pada sebuah buku catatan kecil berwarna biru.
Dear Diary...
Hari ini ga jauh beda sama hari-hari kemarin, ngga ada yang spesial.
Hanya ada satu alasan yang bikin aku merenung tadi sore.
Aku ingat dia.
Sudah lama rasanya aku tidak teringat tentang dia.
Karena cowo itu, aku kembali mengingatnya.
Ah sudahlah.
Ngapain juga bisa-bisanya keinget masa lalu gara-gara cowo itu.
Astaagaaa, cowo aneh itu.
Ia menutup buku catatan kecil warna biru itu. Dia menatap langit yang sedikit mendung malam itu, seolah sedang tidak ada pameran lukisan indah langit seperti malam-malam biasanya.
Falisha menatap jam kecil dimejanya yang menunjukkan pukul 08.00 malam, kemudian beranjak dari meja kecilnya menuju ke bawah, bersiap untuk makan malam.
"Kamu itu ya, mas! setiap jam segini pergi, nanti pulang pagi!!!"
"Kamu juga bisanya cuma marah-marah terus sih, pusing aku!"
Falisha selalu mendengar kata-kata yang mungkin tidak keluar atau terdengar pada keluarga yang harmonis dan hangat. Kata-kata yang selalu menjadi pembuka dan penutup harinya hampir setiap hari.
Dia berjalan dengan ekspresi yang datar menuju ke halaman belakang. Kemudian ia duduk di gazebo yang berada di pinggir kolam renang. Tak berselang lama berdiam diri, Bi Siti berjalan menghampiri Falisha.
"Mbak Sha, mau makan sekarang to? Bu Siti ambilkan, ya."
"Nggak Bu, agak nantian aja, kalo papa mama udah pergi."
Bi Siti selalu berusaha mengalihkan pembicaraan agar Falisha tidak terlalu terbawa dengan percekcokan kedua orang tuanya. "Ehemm... gimana tadi kegiatan di sekolah mbak Sha?"
"Ya, gitu deh Bu, agak sial dikit."
"Lho ga boleh ngomong begitu, setiap hari itu kita harus bersyukur," sambil mengusap pelan pundak Falisha.
Ya, hanya Bi Siti yang selalu mengerti keadaan Falisha. Bi Siti selalu bisa membuat Falisha tenang dan nyaman. Sejauh ini hanya nasihat dan perkataan Bi Siti yang mau Falisha dengar dan turuti. Dia tidak tahu seandainya bukan Bi Siti yang menjadi asisten rumah dan pengasuhnya sejak Falisha masih balita, akan seperti apa diri dan hidupnya.
"Yaudah makan dulu yok mbak, nanti masakannya keburu dingin."
"Oke deh Bu."
Mereka berdua beranjak dari gazebo taman belakang menuju ke ruang makan.
*****
Pagi itu, Falisha melangkah masuk ke gerbang sekolahnya, seperti hari-hari kemarin. Kejadian pagi tadi pun tidak jauh beda dengan pagi-pagi kemarin. Hari cerah Falisha diwarnai dengan perseteruan sepasang manusia yang tidak ada habisnya.
"Selamat Pagi Falishaaaa," sapa Okta dengan girang.
"Tugas tambahan udah selesai?"
"Ish, yaudah dari kemarin kan."
"Gue kira dapet tugas tambahan lagi, haha."