"Ta, nanti gue pulang sendirian aja gapapa habis beli bunga."
"Eh, ya ga gitu dong Sha, masa lo pulang sendirian sih."
"Gapapa, gue mau mampir ke taman kota bentar."
"Mendung tapi Sha, kalo lo kehujanan gimana?"
"Gampang lah itu mah," kata Falisha menenangkan sahabatnya.
“Lo ada bawa payung emangnya?”
“Ih udah gapapa, kalo hujan gue masih bisa neduh di warung deket situ nanti.”
"Tapi nanti kalo lo sakit, kalo...," belum selesai Okta mengucapkan kalimat yang mengungkapkan kekhawatirannya, Falisha memotong kalimat Okta.
"Oktaa. Lo tenang aja. Lo tau gue. Lo percaya sama gue, kan?"
“Hm…. Oke deh, Sha.”
Setelah percakapan tadi usai dengan akhirnya Okta mengalah dari gadis itu. Falisha mengeluarkan ponsel dari saku seragamnya dan beberapa kali mengecek notifikasi di ponselnya. Ada beberapa panggilan tak terjawab dari mamanya. Mama Falisha memang masih sering menanyakan keberadaan Falisha jika hari mulai gelap dan Falisha belum pulang ke rumah. Namun, Falisha tidak pernah menghiraukan satupun pesan ataupun panggilan masuk di ponselnya.
"Udah sampe, Shaa," ucap Okta mengagetkan Falisha yang sedang menunduk menatap ponselnya.
"Oh, iyaa!"
Mereka berjalan memasuki toko bunga itu. Di bagian depan toko terpampang papan dengan tulisan 'Heaven Florist'.
"Selamat datang di Heaven Florist Kak! ada yang bisa saya bantu?" sapa pegawai toko begitu Falisha dan Okta menginjakkan kakinya ke dalam toko bunga itu.
"Mbak saya mau bunga krisan putih sama mawar merahnya satu ikat ya," ucap Falisha kepada pegawai toko bunga itu.
"Kenapa harus krisan sama mawar? Kan krisan sama mawar ga gitu wangi, Sha," tanya Okta.
"Mawar sama Krisan punya maknanya sendiri, Ta. Gak harus semua bunga itu harum buat bikin orang suka sama mereka.”
“Terus yang bikin lo suka apa?”
“Jadi, Mawar punya duri ditangkainya bukan untuk melukai orang lain, Ta. Dia punya duri agar dirinya sendiri tetap aman. Gitu juga gue, gue ga punya siapa-siapa selain diri gue sendiri untuk bisa aman, jadi gue harus bisa punya 'duri' yang ngelindungin diri gue sendiri. Mawar juga lambang cinta dan kasih sayang, jadi gue juga harus bisa kasih cinta dan kasih sayang ke diri gue sendiri," jelas Falisha.
"Terus kenapa krisan?" imbuh Okta.
"Krisan putih punya makna kesetiaan dan kejujuran, Ta," imbuh Falisha yang dibalas dengan anggukan oleh Okta.
"Sha, lo boleh jadi mawar yang dilengkapi dengan krisan, tapi kan lo punya gue Sha. Gue akan selalu ada buat lo kok."
"Iya, gue punya lo. Tapi nggak bisa seterusnya gue mengandalkan lo untuk selalu ada buat gue, Ta. Karena lo punya kehidupan sendiri dan gue juga gitu. Sekalipun lo akan setia menjadi sahabat gue, Ta," jelas Falisha.
"Permisi mbak, ini bunganya udah."