Dear Diary….
Petang tadi, Dia. Seseorang yang mengingatkanku kepada masa lalu, menolongku.
Aku tidak tahu kenapa dengan tiba-tiba dia muncul ditempat kejadian itu.
Sungguh aku tidak enak hati padanya.
Wajah dan tangannya penuh lebam dan luka.
Tapi kenapa dia mengabaikan ajakanku, untuk mengobati lukanya?
Apakah sebegitu menyebalkannya aku, karena tabrakan beberapa kali pada beberapa hari yang lalu?
Ku bertanya namanya pun, diacuhkannya.
Sejujurnya, jika dia sebelum kejadian menolongku ini, aku pun sebal dengannya.
Tapi rasanya, sekarang tidak seharusnya aku sebal dengannya.
Sungguh hari yang sulit dan rumit.
Terimakasih untuk Dia. Seseorang yang menyelamatkanku petang ini.
Salam Hangat. Falisha Inka.
*****
Falisha merebahkan tubuhnya dikasur yang empuk, setelah menulis curahan hatinya di buku bersampul biru itu. Mata cokelatnya masih terbuka menatap langit-langit kamarnya yang berhiaskan bintang-bintang yang mengelilingi bulan. Ia sudah ingin bersiap tidur, namun pikirannya masih berkelana kembali ke kejadian petang tadi yang belum selesai ia lamunkan sepanjang perjalanan dengan pak ojek tadi.
‘Apa maksud dari perkataan dia tadi ya?’ tanyanya pada dirinya sendiri.
‘Perasaan kenalan juga belum pernah, tapi kenapa dia sebaik itu mau nolongin gue sampe babak belur gitu? Biasanya kalo habis nabrak sinis banget mulutnya, tapi kenapa…,’ batinnya.
Falisha gemas dengan dirinya sendiri. Mungkin jika cowo itu menolongnya dan tidak sampai babak belur, Falisha tidak akan seniat dan sepusing ini memikirkan seorang laki-laki.
“Tauk ah, cape mikirin orang ga jelasss. Intinya besok bilang makasih sama traktir makan gitu aja,” ucapnya menyudahi percakapan batin di dalam dirinya.
Gadis itu akhirnya memejamkan mata cokelatnya, dan perlahan dirinya tenggelam di dalam alam mimpi yang membuatnya lupa sejenak tentang kejadian sore tadi.
*****
“Selamat Pagi, Bu Siti.”
Sapa Falisha kepada Bi Siti pagi ini. Moodnya masih terjaga dengan rapih, karena kedua orang tuanya tidak pulang dari semalam hingga pagi ini, sehingga tidak ada drama-drama pertengkaran dengan alasan perbisnisan, urusan cinta, keegoisan masing-masing dan drama keluarga lainnya di rumah Falisha.
“Iya, selamat pagi, Mbak Falisha yang cantik.”
“Masak apa nih, Bu?”
“Ini ada roti bakar, sama susu Mbak.”
"Oke, Bu. Pasti enak nih."
Falisha menyantap makanan yang sudah disiapkan oleh Bi Siti dihadapannya dengan sesekali membuka ponselnya, mengecek notifikasi masuk di ponselnya.
‘Sha, lo berangkat kan pagi ini?’
Terlihat satu pesan dari Okta menggantung dipapan notifikasi ponsel Falisha.
‘Iya, gue berangkat.’