“Sha, pulang bareng gue yuk, takut kejadian kayak kemarin lagi.”
“Hm… nggak usah aja deh, Ta. Takut ngerepotin lo.”
“Sejak kapan gue keberatan direpotin sama lo, Sha?”
“Besok aja deh ya pulang barengnya. Gue ada urusan penting banget soalnya, hehehe,” ucap Falisha ditambah dengan cengiran khasnya.
“Janji ya besok, anterin gue ke mall besok kalo gitu,” kata Okta, yang langsung dibalas dengan anggukan oleh Falisha.
“Yaudah, hati-hati ya, Sha. Pokoknya kalo ada apa-apa telpon gue. Harus!”
“Iya, Oktarinaaaaa.”
Mereka berpisah di lobi sekolah. Okta berjalan menuju parkiran, sedangkan Falisha berjalan ke halte bus untuk menunggu bus tujuan ke rumah Kevin, karena bus yang biasa ia tumpangi berbeda jalur dengan bus ke rumah cowo itu.
Ia merasa tidak asing dengan nama Kevin. Setiap mendengar nama itu Falisha merasa déjà vu, sehingga ia bertanya-tanya sebenarnya siapa Kevin?
“Ayo ayo naik, bus jurusan gang mawar dan sekitarnya,” ucap kondektur bus itu.
Sepanjang jalan dia melamunkan nama Kevin, hingga ia mengingat suatu kejadian masa kecilnya. Ketika dirinya masih berada di rumah sederhana dengan tetangga yang ramah, ditambah tiga orang teman masa kecilnya.
*Flashback
“Ishaa, ayo main ke situ. Cepetan larinya, hahaha,” ucap salah satu dari tiga anak laki-laki itu.
“Hahaha, ih tungguin aku dong, kalian kan cowo-cowo, harusnya jagain aku yang cewe dong,” ujar Falisha kecil.
*Flashback Off
*****
“Neng, mau turun dimana?” pertanyaan abang-abang kondektur itu mengagetkan Falisha dan menyadarkan lamunan dari memori masa kecil itu. Tapi dia tidak bisa mengingat dengan jelas siapa saja ketiga anak laki-laki yang ada dimasa lalunya itu. Ia hanya mengingat bahwa dua diantara mereka merupakan saudara kembar.
“Turun di gang mawar, bang.”
“Oke, udah mau sampe, neng.”
Tak berselang lama, bus itu berhenti tepat di depan gang bertuliskan ‘Gang Mawar’. Sebelum mencari keberadaan rumah Kevin, Falisha menyempatkan membeli sedikit buah tangan untuk Kevin. Kemudian ia berjalan masuk mengamati masing-masing bangunan. Falisha hanya mengetahui bahwa rumah Kevin berwarna putih, tanpa tau tanda spesifik lainnya.
Dari kejauhan, Falisha melihat rumah sederhana dengan cat berwarna putih, dengan taman kecil di halamannya. Ia berjalan mendekat dan melihat satu sepeda motor tua yang tidak asing sedang terparkir di samping rumah itu.
‘Gue pernah liat tu motor dimana, ya?’
Sejurus kemudian dirinya ingat, bahwa kemarin mobil Okta hampir saja bertabrakan dengan motor itu saat hendak keluar dari parkiran sekolah.
‘Ohh, iya gue inget. Ternyata dia yang mau nabrak mobil Okta kemarin,’ gumamnya.
Falisha yakin bahwa rumah itu merupakan rumah cowo yang dia maksud. Lalu dirinya berjalan masuk ke teras dan mengetuk pintu yang setengah terbuka itu.
Siang itu Sofia sedang mencuci baju di halaman belakang, sedangkan Kevin sedang tertidur di kamarnya. Tiba-tiba suara ketukan pintu mengagetkan Sofia.
Tok … tok … tok.
“Permisi," ucap Falisha sembari mengetuk pintu.
“Iya, tunggu sebentar,” terdengar suara sahutan seorang wanita dari dalam rumah. Dan sesaat kemudian seorang wanita paruh baya keluar menghampiri Falisha.