Ephemeral

KATA LUVI
Chapter #13

Chapter 13 - Permintaan Maaf Yang Menyenangkan

Sore itu, jalanan lumayan macet dibeberapa titik karena berbarengan dengan jam pulang kerja. Mobil-mobil hanya bisa berjalan merayap ditengah padatnya ibu kota. Di sepanjang perjalanan Falisha lebih banyak terdiam, sesekali ia memandang rambut dan punggung Kevin. Yang dipandangi pun juga hanya diam, fokus mengamati jalanan yang padat merayap.

Perjalanan pulang sore itu terasa lebih lama dibandingkan biasanya, ketika ia pulang dengan menumpangi bus kota. Falisha melamunkan perlakuan Kevin padanya yang dengan tiba-tiba berbaik hati kepadanya. Ya, walaupun masih dengan perkataan-perkataan singkat dan padat nan aneh yang keluar dari mulutnya.

Ciiiittt….

Motor tua itu berdecit karena tiba-tiba direm secara mendadak oleh sang pengemudi. Membuat Falisha reflek berpegangan pada jaket yang dikenakan oleh Kevin.

“Hati-hati dong. Nanti kalo gue jatuh, mau tanggung jawab lo?”

Kevin hanya diam tidak membalas perkataan Falisha, tapi dia sedikit kaget ketika Falisha berpegangan pada jaketnya.

Tangan kiri Kevin terulur, menjangkau tangan Falisha secara bergantian dan meletakkannya diperutnya. Namun, Falisha hendak menarik tangannya tapi dengan sigap dipegang oleh Kevin.

“Pegangan. Daripada gue suruh tanggung jawab.”

Falisha sudah hendak membalas perkataan menyebalkan Kevin. Namun, ia urungkan karena ia tahu jika ia membalas perkataan Kevin, hanya akan menjadi boomerang kepada dirinya sendiri karena pasti Kevin bisa membalas perkataannya dengan perkataan-perkataan yang diluar dugaan.

Gadis itu memandangi tangannya yang melingkari tubuh Kevin. Tanpa sadar Falisha tersenyum tipis melihat dirinya duduk berdua diatas motor bersama dengan seseorang yang sebelumnya begitu menyebalkan baginya, menyusuri jalanan kota yang padat, disaksikan oleh asap-asap kendaraan dan disoroti lampu jalanan bak pertunjukkan teater.

Beberapa saat Falisha tenggelam didalam pikirannya. Entah apa yang ia pikirkan, sehingga menerbitkan seulas senyum diwajahnya.

“Hei,” ucap Kevin menepuk tangan Falisha yang melingkari perutnya.

“Mau sampe kapan meluknya?”

Dengan buru-buru Falisha menarik tangannya, “Lah, yang suruh meluk siapa?”

“Gue nggak nyuruh. Gue gak minta. Gue cuma mau lo pegangan biar ga jatuh.”

Falisha tidak menanggapi ucapan Kevin. Ia mengamati sekeliling tempat dimana Kevin memberhentikan motornya. Cowo itu membawa Falisha di penjual wedang ronde dipinggir jalan.

“Kenapa kesini, gue mau pulang.”

“Iya, bentar.”

Kevin berjalan kearah bapak penjual wadang ronde dan memesan dua mangkok wedang ronde.

“Pak, ronde nya tiga ya, satu dibungkus.”

“Silakan duduk dulu, mas.”

Falisha melihat Kevin duduk dibangku penjual wedang ronde itu. Ia menghampiri Kevin dan menarik tangannya untuk segera pulang, seperti anak kecil yang merengek, meminta sang ayah untuk segera mengabulkan permintaannya. Namun, tenaga Falisha tidak cukup kuat untuk menarik Kevin.

“Lo gak akan bisa narik gue.”

Cewe itu semakin kuat menarik tangan Kevin, tapi itu hanya membuat tenaga Falisha semakin habis.

“Tauk ah capek. Gue mau pulang sendiri.”

“Terserah.”

Hanya ucapan singkat itu yang keluar dari mulut Kevin membuat dirinya semakin ingin segera pulang. Dan segera dia membalikkan badannya dan berjalan menjauh. Ia tidak tahu jalan kearah rumahnya dari tempatnya sekarang. Dirinya mencoba membuka maps untuk mencari rute kerumahnya, tapi baterai ponselnya tersisa 3%.

Falisha tau, malam itu sudah tidak ada bus kota yang melintas dan membawanya pulang ke rumah. Ia sebenarnya juga sedikit menyesali keputusannya untuk berjalan menjauh dari Kevin, karena hanya Kevin yang bisa mengantarnya pulang sekarang. Ia bisa naik ojek dari pangkalan terdekat atau memesan ojek online, tapi ponselnya kini sudah mati kehabisan daya dari beberapa saat lalu dan dia takut terjadi hal yang buruk seperti tempo hari.

Cewe itu berjalan dengan sangat pelan, berharap Kevin memanggil atau menyusulnya. Tapi firasatnya mengatakan Kevin tidak akan menyusulnya. Dirinya terlalu gengsi untuk kembali dan merengek untuk diantarkan pulang kepada Kevin, setelah dirinya yang berjalan menjauh dan meninggalkan Kevin.

Falisha berjalan menunduk, memang keputusannya yang terlalu tergesa-gesa sehingga memilih keputusan yang salah dengan berjalan menjauh dan bertekad untuk pulang tanpa cowo itu. Harusnya dirinya mau bersabar dan menahan emosinya sedikit tadi.

*****

Kevin masih duduk dibangku sebelah penjual wedang ronde. Sesekali ia berdiri mengamati langkah Falisha yang perlahan semakin menjauh.

Lihat selengkapnya