Ephemeral

KATA LUVI
Chapter #18

Chapter 18 - Bahu Sandaran

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu, tapi Kevin masih duduk di depan ruang kelasnya. Terlihat ruang kelas XI-MIPA 1 masih melangsungkan proses belajar, mungkin hari ini, guru terakhir di kelas XI-MIPA 1 memang guru yang suka mengulur waktu jam pulang sekolah. Tak berselang lama, murid di kelas XI-MIPA 1 berhamburan keluar kelas.

Sekilas Kevin melihat teman perempuan Falisha satu-satunya – Okta, keluar kelas dengan membawa tas ransel warna biru navy milik Falisha. Namun Ia tidak melihat Falisha berjalan bersama Okta, hingga kelas itu kosong pun Kevin tidak menemukan Falisha. Cowo itu berdiri dari duduknya kemudian bergegas berjalan menuju ruang UKS, memastikan Falisha masih berada di sana.

Belum sampai ia berdiri di depan ruang UKS, pintu UKS terbuka menampilkan seorang siswi yang berjalan keluar sambil dituntun oleh guru penjaga UKS dan ia yakin itu adalah Falisha. Kevin mengikuti langkah perlahan dari jarak yang tidak begitu jauh.

“Kamu pulang naik apa, nak?” tanya Ibu guru penjaga UKS kepada Falisha.

“Ehmm… nanti saya bisa pesan taksi online saja, Bu.”

“Beneran kamu bisa pulang sendiri? Nggak minta dijemput aja?”

“Hehe, bisa, Bu. Saya bisa pulang sendiri. Toh nggak ada yang mau jemput saya bu.”

Sesampainya dihalaman sekolah, Falisha menunggu pesanan taksi onlinenya di pos satpam ditemani Pak Anto, dan Kevin masih mengawasi gadis itu dari kejauhan. Hati kecilnya mendorong dirinya untuk memastikan apakah gadis itu benar-benar sampai rumah dengan baik atau tidak.

Kevin tidak pernah sepeduli ini kepada seseorang, apalagi jika seseorang itu adalah seorang perempuan. Ia terlalu malas untuk ikut campur urusan orang, tapi entah ada apa dengan Falisha, sehingga membuat dirinya begitu ingin tahu tentang gadis itu.

Beberapa menit kemudian taksi online pesanan Falisha sampai di depan gerbang sekolah, dengan dibantu oleh Pak Anto, Falisha masuk ke dalam mobil itu, kemudian melaju membelah jalanan kota sore hari ini.

Kevin melajukan motor tuanya, mengikuti arah taksi online membawa tubuh gadis itu, ia merasa aneh karena jalan ke rumah Falisha bukanlan jalan yang sedang dilaluinya, melainkan merupakan jalan ke arah taman kota.

‘Tu anak kenapa masih gak langsung pulang ke rumah sih,’ batin Kevin.

Tak berselang lama, taksi online itu berhenti, lalu dari pintu belakang terlihat Falisha keluar kemudian berjalan di trotoar taman menuju ke bangku pinggir danau favoritnya.

*****

Falisha memejamkan matanya, tubuhnya terasa sangat lemas. Ia memang berniat untuk tidak langsung pulang karena jika ia pulang saat sore hari, pasti kedua atau salah satu orang tuanya ada dirumah.

“Ehm….”

Terdengar dehaman dan gadis itu merasa bahwa ada seseorang yang duduk disebelahnya. Perlahan Falisha membuka matanya, melihat ke sebelah kanannya. Terlihat sosok Kevin disana.

“Kenapa ga pulang?”

“….”

“Oke, gue gak tau apa yang ada di rumah lo, yang bikin lo ga mau pulang. Tapi keadaan lo sekarang begini, kenapa ga langsung istirahat dirumah aja sih?”

Gadis itu tercengang sebentar. Selama ini tidak pernah ia mendengar Kevin mengeluarkan kalimat sepanjang itu. Lalu untuk apa pula dirinya ada disini dan seakan-akan peduli dengan dirinya.

Falisha juga merasa, bahwa Kevin akhir-akhir ini berubah. Cowo itu lebih banyak berbicara dan kadar cueknya lebih menurun. Kevin juga menjadi lebih peduli kepada dirinya tanpa ia tahu apa yang membuat cowo di sebelahnya berubah.

“….”

Tidak ada balasan sama sekali dari mulut Falisha. Dirinya hanya tidak ingin berdebat dengan cowo disebelahnya dan menghabiskan sisa-sisa energinya yang ia simpan untuk pulang ke rumah nanti. Falisha sudah hendak memejamkan matanya lagi, tapi dengan tiba-tiba tangannya digenggam oleh Kevin yang sudah berdiri dihadapannya.

“Gue anter lo pulang sekarang.”

Lihat selengkapnya