Falisha baru saja selesai mandi dan membersihkan badannya. Ia berjalan kearah kasur meraih ponsel yang tergeletak di atas meja. Falisha sebenarnya hanya ingin mengecek notifikasi di ponselnya, namun ada satu nomor tak dikenal yang mengirimkan pesan kepadanya.
'Ini Kevin.'
Gadis itu tidak membuka pesan singkat dari nomor tersebut, ia hanya membaca sekilas dari bilah notifikasi di ponselnya. Kemudian ia mengernyitkan keningnya.
'Dari mana dia dapet nomor gue?' batin Falisha.
'Apa iya dia minta nomor gue dari Okta?' pikirnya.
Sedetik kemudian Falisha mengirimkan pesan singkat kepada Okta, menanyakan apakah Okta dengan sengaja memberikan nomornya ke orang lain.
'Oktaaa, gue mau nanyaaaa!'
Tidak sampai satu menit, Falisha mendapatkan balasan pesan dari Okta karena sahabatnya sedang online.
'Apaan?'
'Lo ada ngasih nomor gue ke seseorang gitu gak?'
Falisha tidak berterus terang kepada Okta bahwa seseorang yang ia maksud adalah Kevin, karena Falisha tahu bahwa Okta masih menyimpan rasa suka untuk Kevin.
'Nggak, gue gak ngasih nomor lo ke siapa-siapa. Kenapa?'
'Oke deh kalo gitu. Hm... gapapa tadi ada nomor asing yang ngirim pesan ke gue,' jelas Falisha secara singkat.
Ia selalu tahu, Okta adalah seseorang yang sangat ingin tahu alias kepo. Setelah mengirimkan balasan tersebut dengan segera keluar dari aplikasi chatnya sebelum balasan dari Okta kembali masuk ke dalam ponselnya.
Dan benar saja, tidak sampai lima detik setelah Falisha keluar dari aplikasi chatnya, notifikasi balasan dari Okta masuk.
'Coba gue liat nomornya. Emang ngechat apa tuh orang?'
Falisha membaca sekilas pesan balasan itu dari bilah notifikasi, kemudian mematikan ponselnya dan meletakkannya di atas meja di samping kasur tidurnya.
Gadis itu beranjak keluar dari kamar, berjalan menuruni anak tangga menuju ke lantai bawah. Jam menunjukkan pukul setengah 10 malam. Jam makan malam sudah lewat, tapi dirinya belum sempat untuk makan malam hari ini, jadi dia memutuskan untuk turun sekedar untuk mengambil cemilan atau mengisi perutnya dengan satu atau dua suapan nasi.
Ia melihat hidangan di atas meja belum berubah dan seperti belum tersentuh, menandakan bahwa memang belum ada yang menjamah makanan di atas meja malam ini.
"Eh, mbak mau makan ta?"
"Iya, Bu. Isha mau makan aja, daripada ini gak ke makan masakan Bu Siti."
"Oalah iya mbak, baru aja mau Ibu beresin, tak kira nggak ada yang mau makan."
"Nah, makanya sebelum diberesin Isha mau makan, Bu."
Bi Siti dengan cekatan menyiapkan piring dan makanan untuk Falisha.
"Mau pake telur ini mbak?"
"Iya, Boleh Bu. Hm... Bu Siti, temani Isha makan malam di sini ya."
Biasanya setelah menyiapkan makanan untuk Falisha Bi Siti selalu izin kembali ke dapur untuk membereskan dapur, tapi entah kenapa, malam ini Falisha merasa ingin makan sambil ditemani oleh Bi Siti, sekedar untuk bercerita atau cukup untuk duduk diam dan menemani Falisha hingga selesai makan.
"Oh, iya mbak, Ibu temani."