"Pagi, Shaaaa," terdengar sapaan riang yang selalu menyambut pagi Falisha.
"Pagiii, Oktaaa."
"Kok lo udah berangkat, emang udah sembuh?"
"Halah, Cuma sakit pusing biasa kemarin maahhh."
Falisha meletakkan tasnya dibangku sebelah Okta. Sembari menunggu bel masuk, dua gadis itu bercengkerama, menceritakan hal apapun yang mereka lalui. Namun, Falisha jarang menceritakan kehidupan pribadi yang berkaitan dengan keluarganya. Ia cenderung hanya menceritakan kesehariannya bersama dengan Bi Siti dan cerita masa kecil dan 3 sahabat laki-lakinya.
Drrrttt....drttt
Ponsel didalam tas Falisha bergetar. Ia mengambil ponselnya kemudian terdiam sejenak melihat nama kontak yang kini meneleponnya.
'Vin'
Tertera nama cowo itu di layar ponsel Falisha. Ia mereject panggilan masuk itu, membuat Okta penasaran siapa yang menghubungi Falisha.
"Siapa, Sha?"
"Gak penting sih pasti."
Falisha kembali memasukkan ponselnya ke dalam tasnya. Tapi tidak sampai satu menit, ponselnya kembali bergetar, menandakan ada panggilan masuk.
"Diangkat dulu aja kali, Sha. Siapa tau penting."
Sebenarnya Falisha takut, jika Okta membaca nama kontak yang meneleponnya. Ia tidak mau apa yang ditakutkannya dari hari-hari kamarin terjadi.
"Oke, bentar gue angkat dulu ya, Ta."
Falisha beranjak pergi keluar kelas untuk mengangkat panggilan itu.
"Halo."
"...."
"Halooo?"
"...."
"Tolong deh ya, kalo nggak penting, gak usah telepon."
Baru saja Falisha akan menutup panggilan tersebut. Ia mendengar suara seseorang dari seberang telepon sana.
"Tengok sebelah kanan."
Falisha menengok ke arah yang diperintahkan. Ia menemukan seseorang sedang bersandar disudut tembok dengan tangan memegang ponsel yang sedang ditempelkan ke telinga, khas orang menelepon.
"Apaansih, gak jelas lo!" ucapnya seraya memandang ke cowo yang berada disebelah kanannya.
"Nanti buka pesan whatsapp gue."
Falisha menutup panggilan kemudian dengan segera masuk ke dalam kelas. Ia khawatir jika Okta melihat kejadian barusan. Karena jelas-jelas disana ada Kevin, dengan keadaan yang sama dengan Falisha. Yaitu sedang menelepon seseorang yang ada didepan mata masing-masing.
Ya, memang Okta tidak mengetahui tentang kejadian pagi ini, tapi dibalik pintu kelas XI-MIPA 2 ada seseorang yang diam-diam mengabadikan momen saling mengangkat telepon antara Falisha dan Kevin.
*****
'Pulang sekolah temui gue di parkiran belakang.'
Satu pesan singkat masuk ke ponsel Falisha saat jam istirahat berlangsung. Gadis itu mengacuhkan pesan dari Kevin tersebut. Ia pikir, Kevin hanya ingin bercanda dengannya dan dirinya tidak mau masuk ke dalam candaan Kevin.
'Kalo gak dateng, gue tunggu sampe lo dateng.'
Falisha melihat pada bilah notifikasi, ada satu pesan masuk lagi dari Kevin. Membuat dirinya gemas ingin membalas pesan singkat itu.
'Kenapa sih?'
'Dateng aja. Sendiri.'
Gadis itu hanya membaca pesan singkat itu, kemudian tenggelam dalam pikirannya.
"Hei, Sha. Ayo ke kantin," ujar Okta mengagetkan Falisha dan dengan segera membuat Falisha membalikkan layar ponselnya agar pesannya tidak terbaca oleh Okta.
"Gue lagi gak pingin ke kantin, Ta."
"Kenapa lo? Mau titip gue aja?"
"Hm... boleh deh."
Okta berjalan menuju ke kantin meninggalkan Falisha di kelas. Falisha memilih untuk tetap di kelas, karena ia tahu pasti Kevin sedang berada di kantin saat ini.
"Sha, ada titipan," ucap seorang teman sekelasnya sesaat setelah Okta pergi, siswi dihadapan Falisha menyodorkan satu cup jus melon ke hadapannya.