Tok … tok … tok.
Batara mengetuk pintu ruang TU yang setengah terbuka saat jam istirahat makan siang. Hanya terlihat beberapa guru yang masih berkutat dengan layar monitor di hadapannya.
“Silakan masuk.”
Batara melangkahan kaki memasuki ruang TU dengan membawa dua berkas program exchange miliknya dan milik Falisha.
“Permisi, Pak.”
“Ada perlu apa kesini?” tanya pak Adam, guru sekaligus panitia yang mengatur mengenai program exchange siswa ke Jepang.
“Ini saya mau mengumpulkan berkas untuk program pertukaran pelajar ke Jepang.”
“Kenapa ada dua berkas?”
“Yang satu milik Falisha, kelas XI-MIPA 1, Pak.”
Terlihat pak Adam mengambil kacamata beliau yang tergeletak di atas meja. Beberapa kali Pak Adam mengangguk-anggukkan kepala saat mengecek berkas milik Falisha dan miliknya.
“Oke bapak udah cek berkasnya, sudah lengkap. Oh iya, nanti tolong diinfokan kepada teman-teman untuk pengumuman siswa yang lolos sebagai perwakilan di percepat sehingga akan di umumkan besok senin saat upacara bendera dan tidak jadi diadakan ujian tulis, untuk gantinya menggunakan nilai raport dari awal masuk sekolah. Lalu untuk keberangkatan juga akan dimajukan menjadi bulan depan.”
“Baik pak, Saya sampaikan kepada teman-teman.”
Batara berjalan keluar dari ruang TU sekolah. Ia langsung membuka akun instagram miliknya dan segera mengetikkan pesan kepada Falisha.
‘Sha, siang ini bisa ketemu nggak?’
Cowo itu menghapus pesan yang baru saja ia tulis.
‘Sha, gue ada info nih tentang program exchange sekolah,’ tulisnya dan sedetik kemudian ia hapus kembali.
Sebenarnya ia hanya ingin menyampaikan sedikit pengumuman perubahan timeline program exchange sekolah tapi entah apa yang ada dipikirannya, ia sangat ingin bertemu dengan Falisha.
‘Sha, nanti siang ketemu ya?’
Kembali Batara menulis sebuah kalimat yang belum ia kirimkan kepada Falisha karena ia masih merasa ragu. Namun, dengan tidak sengaja dari belakangnya ada satu orang siswa yang berlari dan menyenggol bahu kanan Batara.
“Eh, maaf-maaf,” ucap seseorang yang menabrak Batara.
“Gimana sih, ini jalan juga masih lebar kali.”
Pandangan mata Batara kembali ke arah ponsel nya. Seketika mimik wajah Batara berubah. Pesan yang sudah ia tulis tadi secara tidak sengaja terkirim kepada Falisha, karena tadi bahunya tersenggol dan secara tidak sadar jarinya menekan tombol ‘send’.
“Aduh gimana nih, udah terlanjur ke kirim,” gerutu Batara.
Hanya berselang satu menit setelah pesan yang tidak sengaja terkirim itu sampai kepada Falisha, ponsel Batara bergetar dan satu notifikasi balasan dari Falisha masuk.
'Iya, dateng aja ke rumah. Aku lagi agak gak enak badan.'
*****
Ting tong….