Ephemeral

KATA LUVI
Chapter #33

Chapter 33 - Album Usang

Hari ini Falisha tidak terlihat di sekolah SMA Harapan Bangsa. Sudah hampir 5 hari, gadis itu menghilang tanpa kabar.

Beberapa kali juga, Kevin selalu menanyakan keberadaan Falisha kepada teman-teman sekelasnya, tapi tetap mendapatkan jawaban yang sama.

“Falisha udah gak masuk sekolah dari kemarin.”

Hari terakhir Kevin melihat Falisha adalah saat Falisha datang ke rumahnya tapi dirinya malah menyuruh gadis itu untuk pulang.

Di sisi lain, Batara juga beberapa kali mendatangi kelas Falisha dan menanyakan kehadiran Falisha pada anak-anak yang sekelas dengan Falisha.

Namun, sama dengan yang di dapatkan oleh Kevin. Batara juga tidak menemukan kehadiran Falisha di sekolah dengan alasan yang tidak jelas mengenai ketidakhadiran gadis itu.

*****

Upacara bendera pagi hari ini berlangsung khidmat, hingga akhirnya tibalah pada saat yang ditunggu oleh para siswa kelas XI.

“Hari ini, bapak selaku kepala sekolah, akan mengumumkan nama-nama siswa yang menjadi perwakilan pertukaran pelajar ke Jepang…,” ujar Kepala sekolah SMA Harapan Bangsa yang kemudian disambut riuh oleh siswa dan siswi khususnya kelas XI.

Batara mengedarkan pandangannya, berharap Falisha datang dan berada di tempat yang sama dengannya, sekalipun harus terlambat masuk sekolah, ia berharap Falisha akan datang.

“Pertama dari Kelas Bahasa. Dan yang menjadi perwakilan siswa program pertukaran pelajar adalah… Nabila kelas XI-Bahasa 3….”

Terdengar riuh tepuk tangan mendengar nama perwakilan dari kelas Bahasa di sebutkan. Tapi, hingga saat ini batang hidung Falisha masih tidak terlihat oleh Batara.

“Selanjutnya, perwakilan siswa dari kelas IPS, jatuh kepada… Faris kelas XI-IPS 1…,”

Kembali terdengar riuh tepuk tangan di lapangan upacara. Batara menundukkan kepalanya, dirinya tidak di lolos menjadi siswa perwakilan.

“Dan untuk perwakilan yang terakhir di ambil dari kelas MIPA dan di wakilkan oleh….”

“Gue deh, pasti gue,” ucap Okta dengan girang.

“… Falisha Inka kelas XI-MIPA 1.”

“Ish kok bisa Falisha, sih. Kan dia udah gue suruh gak ikutan!” ujar Okta sambil menggerutu di hadapan teman-temannya.

Bahu Batara yang semula turun kini kembali terangkat naik. Ia mendengar nama seseorang yang dekat dengannya di sebut dan itu membuat dirinya bahagia.

“Untuk nama-nama perwakilan kelas, silakan menemui saya di ruang kepala sekolah.”

*****

Batara membuka aplikasi instagramnya dan langsung membuka fitur DM untuk menghubungi Falisha.

‘Sha… lo jadi siswa perwakilan kelas MIPA!’

Beberapa saat Batara menunggu balasan Falisha, tapi tidak kunjung mendapatkan balasan. Entah kenapa, setelah kedatangannya ke rumah Falisha tempo hari, gadis itu tidak lagi membalas pesannya dengan cepat.

Di lain tempat, Kevin mendengar nama Falisha di sebut menjadi salah satu pewakilan program exchange tersenyum tipis. Kevin mengeluarkan ponsel dari dalam saku celana sekolahnya, menghubungi Falisha melalui whatsapp, tapi hanya ceklis satu yang tercetak di sana, menandakan bahwa Falisha sedang tidak online dan mungkin mematikan jaringan data selulernya.

‘Sha, gue udah tau, lo pasti akan ikut program ini.’

‘Selamat!’

******

Motor tua Kevin berhenti di depan pagar rumah Falisha. Ia turun dari motornya dan menghampiri Pak Agung yang biasanya berjaga di pos sebelah gerbang.

“Pak Agung.”

“Eh, mas. Mau ketemu mbak Falisha?”

“Iya, Pak.”

“Oke, sebentar tak bilang Bi Siti dulu, soalnya dari kemarin mbak Falisha ada di kamar, nggak mau keluar buat nemuin siapapun.”

Kevin mengernyitkan dahi begitu mendengar Falisha tidak mau keluar dari kamarnya.

Lihat selengkapnya