Ephemeral

KATA LUVI
Chapter #34

Chapter 34 - Satu Titik Terang

“Vin."

"Hm?"

"Menurut lo, apakah usaha gue selama ini untuk tetep diem, ngerahasiain masalah gue terutama ke sahabat gue, Okta itu salah?"

"Ya itu keputusan lo."

"Apakah hidup berantakan gue harus menjadi topik pembahasan yang menarik untuk orang lain?"

"Itu privasi lo. Cukup lo aja yang tau. Kalau pun ada orang lain yang tau, ya bukan masalah kalo lo mau itu jadi sesuatu yang nggak privasi lagi."

"Gue akan cerita ke orang yang benar-benar gue percaya, Vin."

"...," Kevin terdiam.

"Tapi, entah apa yang membuat gue susah untuk percaya ke Okta, padahal dia adalah sahabat gue sendiri."

"Kepercayaan itu tumbuh dari diri lo sendiri, yang akarnya ada di hati. Kalo lo nggak yakin, ya berarti permasalahannya ada di dalam hati lo. Entah lo yang merasa diri lo sendiri yang menganggap dia sahabat tapi dianya nggak...." 

"Vin," panggilan Falisha membuat Kevin menghentikan perkataannya.

"Lo tau? Dulu hidup gue nggak yang seberantakan ini. Gue punya 3 sahabat cowo yang bisa ngelindungin gue dan akhirnya gue harus pisah sama mereka karena tuntutan kerja Papa yang mau ngerjain projek besar di Ibu Kota.”

Kevin masih merangkul Falisha yang sedang bercerita tentang masa kecilnya. Falisha membuka lembar demi lembar album foto tua itu hingga akhirnya Falisha berhenti pada salah satu halaman. Mata Kevin menangkap sebuah foto yang menggambarkan satu gadis kecil dengan 3 anak laki-laki di samping kanan dan kirinya.

Falisha menunjuk foto itu.

“Dia Mahes,” ucap Falisha sambil menunjuk satu anak laki-laki yang menggandeng tangan Falisha dan tepat berada di samping Falisha kecil.

“Dia itu, sahabat terbaik yang pernah ada di hidup gue, dan mungkin… entah sih, gue nggak yakin tapi gue rasa dia orang pertama yang pernah bikin gue kagum dan bisa bikin gue suka sama dia. Gue tau, anak sekecil itu ngerasa suka ke seseorang mungkin hanya sekedar suka sebagai teman atau apapun. Tapi gue merasa, suka yang gue rasakan itu lain….”

Kevin terdiam dan pandangannya masih terpaku menatap foto yang ada di dalam album itu. Matanya berkaca-kaca. Ia ingin menjelaskan yang sebenarnya bahwa seseorang yang Falisha sebut sebagai Mahes adalah dirinya.

“Kalau yang ini, Mahen,” ucap Falisha menunjuk satu anak laki-laki lainnya yang berdiri di sebelah anak laki-laki yang bernama Mahes.

“Mahen… dia juga baik. Dia kembarannya Mahes. Tapi dia lebih cuek daripada Mahes. Gue juga suka sama Mahen. Tapi yang gue bilang, gue suka sama Mahes tadi, itu beda dengan rasa suka yang gue rasain ke Mahen.”

“Kalau yang ini, Arya.”

Falisha terdiam, menghentikan ceritanya. Ia bingung, mengapa Kevin hanya terdiam dan tidak memberikan respon apapun. Ia menolehkan kepala ke arah wajah Kevin dan mendapati mata Kevin berkaca-kaca. Sedetik kemudian, tangan Kevin menarik Falisha ke dalam pelukannya.

Falisha membelalakkan matanya. Ia kaget dengan reaksi yang dilakukan oleh Kevin. Gadis itu mencoba untuk mendorong tubuh Kevin. Tapi tenaga Kevin, jauh lebih besar dari pada Falisha, membuat Falisha pasrah di dalam pelukan Kevin.

“Jangan, Sha. Sebentar aja,” pinta Kevin ketika Falisha masih mencoba melepaskan pelukan Kevin.

“Lo tau Sha? Mahes yang ada di foto itu adalah gue. Kevin Maheswara. Dan Mahen, dia adalah kembaran gue yang ikut pergi bersama Papa gue ketika Papa dan Mama gue cerai. Dia, Kavin Mahendra.”

Dari luar kamar Falisha. Melalui celah pintu kamar yang sedikit terbuka. Batara berdiri mematung. Melihat Kevin dan Falisha sedang berpelukan.

*****

“Hati-hati di jalan, Vin,” ucap Falisha yang mengantarkan Kevin sampai di depan gerbang rumahnya.

“Gue pamit ya… Inka.”

Terukir sebuah senyuman di wajah cantik Falisha. Kevin berlalu dengan motornya, meninggalkan halaman rumah Falisha.

Sebelum masuk ke dalam, Falisha berjalan ke pos Pak Agung.

Lihat selengkapnya