Falisha sampai di sekolah bersama Kevin, saat keadaan sekolah masih sepi. Hanya ada beberapa siswa yang berada di lingkungan sekolah. Sepasang remaja itu berjalan beriringan dari parkiran belakang sekolah.
Saat berjalan dari parkiran belakang menuju ke lobby, Falisha melihat mobil putih milik Batara memasuki gerbang sekolah. Falisha menghentikan langkahnya membuat Kevin yang semula melangkah sejajar dengan Falisha juga terhenti dua langkah di depan Falisha, kemudian menoleh ke arah Falisha yang berada di belakangnya.
“Ehm… Vin, lo duluan aja.”
“Kenap…," Kevin yang mengikuti arah pandang Falisha mengerti alasan gadis itu memintanya untuk masuk terlebih dahulu ke gedung sekolah.
"Oh, oke Sha. Gue duluan, ya,” imbuhnya lalu melanjutkan langkahnya.
Falisha berdiri di dekat pintu masuk lobby sekolah. Ia melihat Batara turun dari mobilnya, kemudian ia berlari kecil menghampiri Batara.
“Pagi, Batara.”
“Hai, pagi Sha.”
“Kemarin kata Bu Siti sama Pak Agung lo dateng ke rumah?”
“Oh… itu… iya, kemarin gue dateng ke rumah lo.”
“Ada perlu apa?” tanya Falisha. Ia ingin memastikan alasan Batara mendatangi rumahnya kemarin.
“Ohh… gue mau kasih tau aja, kalo lo lolos jadi perwakilah exchange jurusan MIPA….”
“Aaahh… Oke oke, makasih infonya. Lo sendiri gimana?” ucap Falisha sambil tersenyum kepada Batara.
Batara melihat reaksi Falisha yang biasa saja setelah mengetahui bahwa dirinya lolos menjadi perwakilan program exchange bingung.
“Lo… nggak excited or happy?”
“Hm… gue seneng kok, gue juga sangat amat bersyukur bisa jadi perwakilan. Cuma tadi gue udah tau infonya, jadi ya udah gitu. Hehe,” Falisha tertawa canggung.
“Lo sendiri gimana?”
“Gue masih belum dapat kesempatan. Gue fine aja karena gue masih anak baru dan nilai raport gue belum semua ditransfer ke sekolah ini.”
“Oh… oke tetap semangat Batara,” ujar Falisha menyemangati Batara.
“Eh iya, kemarin kata Bi Siti juga lo udah sempat naik ke kamar gue, tapi kok gak ketemu sama gue? Nggak salah buka pintu kamar kan?”
Falisha melontarkan beberapa pertanyaan untuk mengalihkan topic pembicaraan. Karena dirinya juga perlu menjaga perasaan Batara, walaupun Batara mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja, tapi tetap terlihat ada sirat kekecewaan dimatanya.
“Oh… itu… kemarin dadakan gue di telepon sama nyokap suruh pulang, karena ada urusan mendadak.”
Batara berbohong kepada Falisha. Sebenarnya Batara tidak menerima telepon dari mamanya. Tapi ada alasan lain yang membuat Batara mengurungkan niatnya untuk bertemu dengan Falisha. Alasan itu adalah dirinya melihat Kevin berpelukan dengan Falisha, dan sebelumnya saat di depan gerbang Kevin mengatakan padanya bahwa Falisha adalah pacarnya, sehingga Batara tidak mau mengganggu moment mereka berdua.
“Ohh oke… yaudah yuk, masuk ke dalam.”
Falisha sudah berjalan beberapa langkah menuju ke gedung sekolah. Tapi Batara masih berdiri terdiam di sebelah mobilnya.
“Ayo, Bat,” ajak Falisha sambil berjalan balik ke arah Batara kemudian meraih tangannya.
Batara yang melihat tangannya di genggam oleh Falisha masih tidak beranjak dari tempatnya, membuat Falisha kembali menoleh ke arahnya.
“Kenapa?”
Dengan perlahan Batara melepaskan genggaman tangan Falisha.