Ephemeral

KATA LUVI
Chapter #40

Chapter 40 - Bulan Yang Tidak Pernah Meninggalkan Bumi

Kevin berjalan beiringan bersama Falisha. Hari ini agenda Falisha di sekolah hanya tinggal pembekalan dan briefing untuk keberangkatan esok hari di aula sekolah.

“Vin. Kalo kamu mau langsung ke kelas aja gapapa lho.”

“Nggak ah. Aku mau lama-lama sama kamu.”

“Hm… Vin. Nanti pulang sekolah aku boleh ketemu Mama kamu?”

“Boleh, nanti aku anterin.”

“Terus nanti kita pergi ke ladang rumput yang kamu pernah bawa aku waktu itu ya?”

“Oke, nanti aku anterin juga.”

Langkah kedua remaja itu terhenti di depan pintu yang bertuliskan ‘Aula Sekolah.’

“Aku masuk dulu, ya.”

Ucapan Falisha hanya di balas anggukan oleh Kevin. Cowo itu masih berdiri di tempat yang sama hingga Falisha melangkah masuk ke dalam ruangan.

Setelah pintu kembali tertutup, Kevin berbalik dan berjalan sendirian menuju ke ruang kelasnya. Kevin merasa ada sesuatu yang mengalir dari hidungnya dan tiba-tiba kepalanya terasa berat. Ia menghentikan langkahnya dan duduk di lantai koridor.

*****

“Hai, Sha.”

Kevin sudah menunggui Falisha di depan aula sekolah padahal jam pelajaran masih berlangsung. Falisha memang tidak perlu menunggu dan mengikuti pelajaran hingga selesai hari ini, karena waktunya digunakan untuk persiapan berangkat besok pagi.

“Kok kamu disini?”

“Iya, ayo pulang,” ajak Kevin sambil menggenggam tangan Falisha dan menariknya ke parkiran belakang sekolah untuk mengambil motornya.

“E... ehh… kamu jangan bolos.”

“Nggak bolos. Kalo bolos pasti nggak di kasih pergi sama pak Anto.”

Falisha bingung bagaimana bisa Kevin begitu yakin bahwa dirinya akan dibukakan gerbang oleh pak Anto – satpam sekolah, padahal kini di sekolah jam pelajaran masih berlangsung.

“Udah, naik aja. Percaya deh.”

Falisha dengan ragu-ragu melangkah naik ke motor Kevin. Dan sedetik kemudian motor yang dikendarai Kevin melaju perlahan.

“Pak, bukain ya.”

Dan benar saja. Pak Anto tanpa mengeluarkan penolakan apapun langsung membukakan gerbang untuk Kevin.

“Kok bisa sih. Kamu nyogok pak Anto, ya?”

“Enak aja. Aku nggak ada uang buat nyogok pak Anto, Sha. Untuk sekedar beliin kamu sesuatu yang buat kamu sekedipan mata bisa kamu dapetin aja, aku harus nabung dulu.”

“Yaudah, gimana kamu bisa keluar itu tadi nggak penting. Sekarang ayo kita ketemu Mama Sofiaa,” ucap Falisha girang. Di sepanjang perjalanan Falisha tak sekalipun melepaskan pelukannya pada tubuh Kevin.

*****

“Halo tante.”

Falisha dengan cepat meloncat turun dari motor Kevin dan bahkan motor Kevin pun belum sempat ia matikan mesinnya.

“Halo, Cantiknya tante.”

Falisha dan Sofia saling berpelukan, dan saat berpelukan Sofia memandangi wajah Kevin yang begitu pucat dengan tatapan khawatir yang coba Sofia samarkan.

Tapi Kevin memberikan isyarat bahwa dirinya hari ini baik-baik saja. Seketika Sofia bisa mengubah wajah khawatir dan sedihnya menjadi bahagia saat Falisha melepaskan pelukannya dan memandang ke arah Sofia.

“Ayo, masuk dulu. Tante buatin minuman ya.”

“Oke, makasih tante.”

Sofia berlalu dari hadapan Falisha, meninggalkan Falisha bersama Kevin di ruang tamu rumah Kevin.

“Vin, boleh minta foto kamu yang sekarang nggak?” tanya Falisha.

“Buat apa?”

“Buat kalo kangen.”

“Kalo gitu, Sha, aku juga boleh minta foto kamu nggak?”

“Buat?”

“Buat kalo kita sama-sama kangen.”

Terdengar suara gelak tawa di antara mereka.

“Eh… tapi kan sekarang kalau sama-sama kangen bisa videocall aja, Vin.”

Lihat selengkapnya